Efektivitas Vaksin AstraZeneca Capai 76 Persen

15 September 2021, 06:06 WIB
Yan/KC DIREKTUR RSUD Linggarjati Kuningan, H. Edi Martono.*

KUNINGAN, (KC Online).-

Masyarakat diimbau untuk tidak khawatir dengan penggunaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac. Karena keduanya sama-sama mampu mencegah Covid-19.

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Linggarjati Kuningan, H. Edi Martono, Selasa (14/10/2021) mengungkapkan, perbedaan vaksin AstraZeneca dan Sinovac terletak pada nilai efikasi atau efektivitasnya. Karena sebuah penelitian menunjukkan, bahwa efektivitas vaksin AstraZeneca dalam mencegah virus Corona  mencapai 76 persen. Sehingga lebih tinggi dari vaksin Sinovac yang hanya berkisar 56-65 persen.

Namun meski terdapat perbedaan dari sisi efektivitasnya, kedua vaksin tersebut terbukti dapat menurunkan risiko munculnya gejala berat Covid-19, mencegah memburuknya kondisi seseorang, mempersingkat durasi rawat inap apabila terinfeksi virus Corona dan sebagainya.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, karena vaksin AstraZeneca dan Sinovac mampu mencegah Covid-19, ” katanya.

Ia mengungkapkan, perbedaan yang paling mendasar dari kedua vaksin yang saat ini gencar diberikan kepada masyarakat adalah kandungannya. Karena vaksin Sinovac menggunakan virus tidak aktif (inactivated virus), sedangkan  AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse.

Kemudian beberapa perbedaan lainnya. Yakni walau dosis yang direkomendasikan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO)  sebanyak 0,5 ml untuk setiap kali suntik, tetapi jadwal pemberian vaksin dosis pertama dan keduanya berbeda. Untuk vaksin AstraZeneca, rentang waktunya 8-12 minggu dan vaksin Sinovac, jaraknya 2-4 minggu.

Begitu pula dengan penyimpanan dan distribusinya. Untuk vaksin AstraZeneca, maksimal lama penyimpanannya 6 bulan di lemari pendingin dengan suhu 2-8 derajat celsius. Tapi jika dikeluarkan, maka vaksin yang tidak boleh dibekukan tersebut hanya mampu bertahan di suhu 2-25 derajat celcius selama 6 jam.

Berbeda dengan vaksin Sinovac  yang bisa disimpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8 derajat celsius. Vaksin yang harus terhindar dari paparan sinar matahari secara langsung tersebut, dapat bertahan hingga 3 tahun.

Edi menyebutkan, untuk efek samping kedua vaksin tersebut, pada umumnya sama yang bersifat ringan dan dapat hilang dalam kurun waktu 1-2 hari. Di antaranya, sakit di lokasi suntikan, rasa lelah, diare, nyeri otot, demam dan sakit kepala. Maka dari itu, untuk mengatasinya, cukup dengan mengonsumsi obat paracetamol, ibuprofen, aspirin atau antihistamin, sesuai efek samping yang dirasakan.

“Tetapi jangan sekali-sekali mengonsumsi obat-obatan tersebut, dengan tujuan untuk mencegah efek samping, sebelum divaksin. Karena meski jarang terjadi, tindakan tersebut dapat menyebabkan beberapa efek samping yang tergolong berat. Seperti peradangan di sekitar sumsum tulang belakang, anemia hemolitik dan demam tinggi” tuturnya.(Yan)

Editor: Dandie Kabar Cirebon

Terkini

Terpopuler