Pendidikan Karakter di Pondok Pesantren Mampu Mengubah Kepribadian Seseorang

21 Mei 2022, 15:33 WIB

KABARCIREBON - Salah satu persoalan yang mencuat ke permukaan di dunia pendidikan di Indonesia adalah krisis moral yang banyak dialami oleh generasi muda. Mereka didominasi kalangan usia pelajar dan mahasiswa. Kondisi itu dipengaruhi kurang optimalnya lembaga pendidikan dalam membentuk karakter atau kepribadian siswa yang sesuai dengan nilai budaya luhur bangsa.

Hal ini juga terjadi karena sebagian besar sekolah memberikan porsi yang tidak seimbang antara kognitif dan afektif sisiwa. Sebagian besar sekolah hanya menitikberatkan pada pengetahuan siswanya saja dengan kurang memperhatikan nilai sikap ataupun kepribadian siswa.

Masalah itu dapat diatasi dengan mencontoh model pembelajaran yang ada di pondok pesantren dalam menanamkan nilai karakter pada santrinya. Karena pesantren dianggap berhasil dalam melakukan pendidikan karakter kepada santrinya.

Persoalan itu mengemuka pada Halal Bihalal dan Reuni Nasional Majelis Komunikasi Alumni Babakan Ciwaringin Cirebon di Pondok Pesantren Kebon Jambu, baru baru ini.

Salah seorang alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon yang kini menjabat Dirjen Bimbingan Islam Kemenag RI, KH Adib meminta agar para santri tetap harus mempertahankan jati dirinya, meski di tengah gempuran kemajuan zaman.

"Santri itu memiliki prinsip untuk membangun sebuah peradaban bangsa. Jati diri santri adalah mengepankan ahlak yang baik di mana pun posisi dan jabatan kita berada. Dan itu harus tetap terpatri sampai kapan pun, tidak boleh luntur oleh perkembangan zaman," ujarnya pada pertemuan itu.

Adib juga menambahkan, para santri juga harus melakukan inovasi dan bersikap kreatif dalam hidupnya. Upaya ini merupakan konsekuensi akibat adanya perubahan zaman.

"Zaman saat ini tidak stagnan. Perkembangan itu sifatnya statis. Saat kemajuan ilmu pengatahuan sangat pesat, kita para santri harus berkembang dan memiliki kesadaran yang kolektif," tegasnya.

Alumni lainnya, Ketua PWNU Jabar H Juhadi mengatakan, status sosial atau jabatan yang dialami santri itu sifatnya sementara. Oleh karena itu, sifat dan karakter santri senantiasa harus tetap bersemayam dalam situasi apapun.

"Saat ini dengan lahirnya UU Pesantren seharusnya itu banyak direspon dan dimanfaatkan oleh pesantren salaf. Jangan sampai anggaran yang besar digelontorkan pemerintah itu hanya dinikmati pesantren yang tidak memberikan kontribusi nyata bagi umatnya. Ini harus dihindari sejak saat ini," tuturnya.

Alumni Pondok Pesantren Babakan Haji Muhadi yang juga seorang pengusaha sukses memberikan resep agar para santri mampu berdaya secara ekonomi. Sebab ekonomi menjadi salah satu pilar kekuatan bangsa dan negara ini. Terlebih di era kemajuan teknologi dan informasi ini, santri harus kuat secara ekonomi.

"Santri harus meniru budaya Negara China yang hebat dalam berbisnis. Santri harus mengikuti pola kerja masyarakat Jepang dalam hal disiplin, mengadopsi masyarakat Jerman yang mengedepankan kecerdasan, serta menerapkan pola masyarakat Makah dan Madinah yang memiliki hati yang lembut," jelasnya.

Alumni lainnya yang juga anggota DPR RI Fraksi PKB KH Dedi Wahidi menjelaskan, pondok pesantren salaf harus segera melakukan perubahan dalam perkembangan zaman sekarang ini. Sebab kemajuan informasi dan teknologi yang serba cepat ini harus segera direspon dengan positif.

"Jangan sampai kalah sama pondok pesantren modern. Sarana dan prasana di ponpes salaf juga harus lebih bagus lagi. Baik itu tempat mengaji, tempat belajar, tempat mandi, agar mereka merasa nyaman dan betah dalam menimba ilmu. Sebab kondisi dulu dengan sekarang itu watak santri berbeda," ucapnya. (Jejep)

Editor: Fani Kabar Cirebon

Tags

Terkini

Terpopuler