Sementara itu, Inah pemilik warung kelontong mengungkapkan, dirinya sudah lama tidak mendapat pasokan dari distributor “Minyakita”. Padahal dia sudah berusaha memesan kepada distributor langganannya, namun tidak kunjung dikirim. Sedangkan pesanan barang lainnya tersedia.
“Saya biasanya dapat pasokan dari distributor Cirebon, sekarang mah katanya langka lagi,” ucapnya.
Menurutnya, ketika terjadi kelangkaan barang biasanya harga akan mengalami kenaikan. Sehingga Inah menduga kelangkaan yang terjadi pada minyak goreng inipun dimungkinkan untuk mencari cara menaikan harga.
Berbeda dengan Nova Novia, pedagang kelontong di Pasar Majalengka, yang menyebutkan “Minyakita” masih bisa diperoleh, dengan syarat pembelian harus dibarengi dengan minyak merek lain kepada pemasok serta harganya lebih tinggi Rp 1.000 atau Rp 15.000 per kantong.
Baca Juga: Pulang Nonton Futsal Bawa Kayu dan Balok, 83 Pelajar SMP Diamankan
Namun persoalannya kata dia, jika membeli minyak goreng dengan banyak merek dan harganya mahal serta sulit terjual, maka bagi pedagang itu rugi. Karena uang bisa mengendap akibat perputaran uang lambat. Sedangkan pedagang berharap perputaran uang bisa lebih cepat.Karena pembelian harus dengan merek lain. Sementara merek lain harganya mahal dan sulit dijual. Jadi mending minyak yang lebih cepat laku,” katanya