" lahan pertanian di Kecamatan Kapetakan yang terendam banjir sebanyak 1.795 hektare karena memang daerah tersebut karena dekat dengan kawasan muaranya," kata Asep di Sumber, Rabu (1/2/2023).
Selain Kapetakan, lanjut Asep, bencana banjir yang melanda pun merendam lahan pertanian padi di Kecamatan Gegesik. Tercatat, ada 1.121 hektare ikut terendam.
"Dari 1.121 Hektare yang terendam banjir di Gegesik, sebanyak 925 hektare tanaham padi yang rusak. Dan hingga sekarang masih ada 533 hektare masih terendam banjir," katanya.
Selain itu, dari total 5.760 hektare lahan yang ada di Kabupaten Cirebon yang terendam banjir, 3478 hektare lainnya mengalami gagal tanam. Bahkan paling banyak ada di Kecamatan Kapetakan mencapai 1.380 hektare.
“Petani yang mengalami gagal tanam harus melakukan kembali tanam ulang,” kata Asep.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, penyebab ribuan hektare lahan terendam yakni, akibat luapan dari beberapa sungai besar dan terjangan banjir rob dari Laut Jawa.
Baca Juga: Terbukti Cabuli Ponakannya, Pelaku Terancam Penjara 15 Tahun
Ia mengatakan, permasalahan banjir di lahan pertanian menjadi tanggung semua pihak, salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung sebagai otoritas.
Asep menyebut kejadian yang terjadi pada awal 2023 ini, merupakan terparah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dan menyebabkan kerugian hingga Rp23,7 miliar.
“Satu hektare kira-kira mengalami kerugian hingga Rp6,8 juta. Bila kondisi ini terus terjadi, panen raya perdana pada 2023 bakal mundur menjadi April atau Mei,” kata Asep.