KABAR CIREBON - Pelaksanaan Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) tingkat Kabupaten Majalengka usai digelar. Kegiatan yang dipelopori PCNU setempat, ditutup dengan istigosah dan tausyiah dari pengurus besar LDNU Habib Umar Assegaf. Ternyata dibalik kisah kesuksesan penyelenggaraan kegiatan akbar itu, ada peran yang luput dari perhatian publik.
Mereka bekerja tak banyak bicara, apalagi melakukan debat terbuka. Tegak lurus dan patuh apa yang ditugaskan, ia jalani dengan penuh hidmat dan penuh tanggungjawab. Itulah Pagar Nusa dan Lesbumi Majalengka. Kedua organisasi dibawah naungan NU ini bekerja tanpa banyak suara. Istilah bahasa sundanya itu, nyumput buni dina caang, tur nyaangan dina poek.
Pagar Nusa atau disingkat PN sendiri merupakan organisasi pencak silat yang dibentuk oleh Nahdlatul Ulama (NU) pada 1986. Awal mula berdirinya, ketika keprihatinan para kiai NU, terhadap surutnya ilmu bela diri pencak silat di lingkungan pesantren.
Pagar Nusa sendiri memiliki arti pagarnya NU dan bangsa.Tujuan dari Pagar Nusa adalah menggali, mengembangkan, dan melestarikan bela diri pencak silat di Indonesia.
"Alhamdulilah berkat ridha Allah Swt, bimbingan kiai NU, arahan ketua PCNU, komando ketua panitia. Kerjasama segenap panitia, dan dukungan dari berbagai elemen masyarakat. Acara besar dan penuh keberkahaan yang digelar PCNU Majalengka dapat berjalan lancar dan sukses,"kata Abah Dulloh Darja Kusuma, Ketua Umum Pengurus Cabang Pagar Nusa NU Kabupaten Majalengka ini.
Pada acara yang istimewa ini, lanjut pendekar dengan ciri khas rambut panjangnya itu, telah menurunkan ratusan pengurus Pagar Nusa dari mulai tingkat PC dan PAC se-Majalengka. Mengenakan pakaian serba hitam dan dasi hijau serta peci itu tanda dari pasukan inti Pagar Nusa.
Dari semua pasukan yang diturunkannya itu, ada yang di wajibkan berpakaian lengkap Pagar Nusa. Ada pula yang memakai pakaian intel alias bebas. Semua itu hanya upaya penyesuaian corak dan warna, dengan warga NU yang hadir pada acara tersebut.