KABARCIREBON - Berdirinya patung replika Paksi Naga Liman di lapangan Kebumen, Kota Cirebon, mendapatkan banyak sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Sejarawan Cirebon, R Subagja Martawijaya.
Menurut Subagja, berdirinya patung di lapangan Kebumen yang merupakan titik nol Cirebon justru sebetulnya tidak tepat. Sebab, jika alasan replika patung tersebut berdiri di titik nol ini adalah simbol multikultural atau menghargai perbedaan baik secara agama, suku ataupun ras, maka secara sejarah justru kontradiksi.
"Mungkin konotasi didirikan di titik nol itu adalah awal sebuah kemajemukan atau keragaman. Tapi secara sejarah itu tidak tepat. Antara titik nol dengan multikultural itu tidak ada relevansinya," ujar Subagja.
Baca Juga: Pekan Ini, Wali Kota Cirebon Mutasi Pejabat Eselon II, Ini Kriteria yang Pasti Digeser
Menurutnya, titik nol itu dibangun oleh kolonial Belanda untuk kepentingan pengukuran jalan ke daerah sekitar Cirebon.
"Justru pada masa itu terjadi penyekatan-penyekatan oleh Belanda seperti orang Eropa atau orang pribumi agar bisa diadu domba. Makanya, jika tujuan patung itu didirikan itu adalah simbol multikultural di titik nol itu tidak tepat," ungkapnya.