Toko Buku Gunung Agung Bakal Tutup! Sejarahnya Unik : Dipercaya Bung Karno Berawal Curi Buku Buat Beli Rokok

22 Mei 2023, 09:54 WIB
Berikut sejarah dan pencapaian dari Toko Buku Gunung Agung yang akan tutup permanen di akhir tahun 2023.* /

KABAR CIREBON — Berita menyedihkan bagi para pecinta buku cetak di Tanah Air Indonesia, begitu mengejutkan PT GA Tiga Belas menyatakan Toko Buku Gunung Agung bakal ditutup seluruhnya di tahun ini.

Kenapa menyedihkan? Jelas karena Toko Buku Gunung Agung bagi orang yang suka membaca atau pernah mencari buku referensi dalam pembuatan karya tulis ilmiah tentunya menyiratkan sejarah tersendiri.

 Baca Juga: Ig Down! Begini Cara Mengatasi Instagram Error Tidak Bisa Dibuka di HP Android

Terlebih, tatkala nanti Toko Buku Gunung Agung ditutup tokonya di seluruh Indonesia, maka pemutusan hubungan kerja alias PHK terhadap 350 karyawannya bakal terjadi—menyebabkan pengangguran!

Toko Buku Gunung Agung pun punya sejarah yang kuat, sebab bukanlah toko yang buka kemarin sore, karena berdiri sejak tahun 1953 dan menjadi salah satu toko buku modern perintis di Indonesia.

Siapa gerangan pendiri Toko Buku Gunung Agung? Ialah Tjio Wie Tay, seorang pria yang lahir di Jakarta atau Batavia tempo dulu namanya, 8 September 1927, kemudian dikenal Masagung sapaan akrabnya.

 Baca Juga: Link Live Streaming Italia vs Brasil Livescore, Prediksi Super Big Match Piala Dunia U20 Argentina 2023

Melansir buku “Southeast Asian Personalities of Chinese Descent (2012)”, Leo Suryadinata menuturkan kisah Tjio Wie Tay adalah anak dari Tjio Koan An yang dikenal bekerja sebagai teknisi listrik di perusahaan gas milik Belanda.

Awalnya kehidupan Tjio Wie Tay serta keluarganya begitu mapan. Namun berubah seketika kala bapaknya Tjio Koan An meninggal dunia tahun 1931.

Poppy Nio, ibunya Tjio Wie Tay harus banting tulang untuk menghidupi Tjio dan ketiga saudaranya. Ia bekerja keras demi mampu menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda.

 Baca Juga: WOW! Otomofif Bersinergi Musik Bertenaga MG4 EV Bikin MG Motor Indonesia Sabet Rekor MURI

Tjio Wie Tay tercatat sebagai pelajar di Hollandsch-Chineesche School (HSC) Bogor. Tapi ternyata, dia menjadi anak bandel dan sering bolos sekolah bahkan kerap berkelahi, hingga putus sekolah saat menginjak kelas 4 SD di tahun 1940.

Tjio dikembalikan kepada Poppy Nio di Batavia, dan enggan bersekolah lagi, hanya ingin membantu ibunya berdagang.

Menukil buku “Bapak Saya Pejuang Buku (2003)”, Ketut Masagung menuliskan bahwa bisnis pertama Tjio Wie Tay adalah jualan rokok ketengan atau asongan di kawasan Senen dan Glodok, Jakarta.

 Baca Juga: Hasil Piala Sudirman 2023 Hari Ini, Berikut Link Live Streaming RCTI, MNC TV, iNews TV untuk Menontonnya

Satu hal yang bikin mengejutkan dari sejarah tokoh pendiri Toko Buku Gunung Agung ini adalah modal usaha jualan rokok asongan itu didapat Tjio Wie Tay dari mencuri buku.

Tjio nekat curi buku pelajaran milik kakaknya tanpa sepengetahuan keluarganya, lalu buku-buku curian tersebut dia jual ke tukang loak guna mendapatkan uang buat modal usaha rokok ketengan.

Dan, nasib seseorang siapa sangka. Keberuntungan didapat Tjio saat berjualan rokok asongan ia bisa berkenalan dengan pengusaha rokok besar bernama Lie Thay San dan The Kia Hoat.

 Baca Juga: Kode Redeem FF Advance Server Free Fire Terbaru! Booyah Lengkap dari Eropa, India, Singapura, Sampai Indonesia

Perkenalan itulah yang membuat hidup dan usaha Tjio menjadi lebih hidup. Memasuki usia 20 tahun ia lebih serius lagi berbisnis bekerjasama dengan dua pengusaha yang dikenalnya itu. Mereka lantas membuka perusahaan dagang resmi.

Awal mulanya memang jualan rokok, namun Tjio sebagai pimpinan perusahaan jeli melihat peluang. Ketika waktu itu di pasar Indonesia banyak permintaan untuk buku. Lantas ia mengalihkan usahanya ke jual-beli buku, dan berhasil membuat kehidupannya jadi mapan.

Namun sayang, setelah berjalan selama lima tahun, Tjio yang ingin merubah perusahaannya lebih besar lagi menjadi Firma malah ditentang oleh Lie Thay San dan The Kia Hoat. Akhirnya mereka pecah kongsi memutuskan untuk jalan masing-masing.

 Baca Juga: Bandara YIA Makin Ramai! Yuk Jelajahi 5 Wisata Recomended di Kulonprogo Yogyakarta

Kemudian Tjio mengubah nama perusahaannya dari Thay San Kongsi menjadi NV Gunung Agung pada 8 September 1953. Di toko buku yang beralamat di jalan Kramat 13 ini Toko Buku Gunung Agung mampu memajang sekitar 10.000 buku dari modal Rp500.000 pada waktu itu. Bahkan menjadi pusat buku besar di Jakarta, hingga banyak wartawan dan penulis ingin menjual bukunya di tokonya.

Cerita sukses lainnya, Tjio mampu mengundang Bapak Bangsa Indonesia yang dikenal penggila buku, yakni Soekarno-Hatta. Dengan membuat pameran buku pertamanya di tahun 1954, sang pendiri Toko Buku Gunung Agung ini bisa berkenalan dan berkomunikasi langsung dengan Presiden dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia.

 Baca Juga: Baca Doa Ini : Insya Allah Akan Dimudahkan Rejeki dan Harta Halal Berlimpah Berkah

Presiden Soekarno pun memberikan kepercayaan kepada Tjio untuk menjadi pemimpin penerbitan hingga pendistribusian buku-buku karya Bung Karno di tahun 1960.

Pameran buku pun lebih gencar lagi dilakukan di berbagai daerah, sampai Toko Buku Gunung Agung pula bisa berdiri cabangnya di banyak daerah.

Dari situlah awal mula masa keemasannya, hingga bisa merambah pada cabang bisnis lainnya seperti usaha pariwisata dan perhotelan. Semakin besarnya usaha Tjio sampai mengantarkan Gunung Agung melantai di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1991.***

 
Editor: Erix Exvrayanto

Sumber: Literatur Pustaka

Tags

Terkini

Terpopuler