Melansir buku “Southeast Asian Personalities of Chinese Descent (2012)”, Leo Suryadinata menuturkan kisah Tjio Wie Tay adalah anak dari Tjio Koan An yang dikenal bekerja sebagai teknisi listrik di perusahaan gas milik Belanda.
Awalnya kehidupan Tjio Wie Tay serta keluarganya begitu mapan. Namun berubah seketika kala bapaknya Tjio Koan An meninggal dunia tahun 1931.
Poppy Nio, ibunya Tjio Wie Tay harus banting tulang untuk menghidupi Tjio dan ketiga saudaranya. Ia bekerja keras demi mampu menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda.
Baca Juga: WOW! Otomofif Bersinergi Musik Bertenaga MG4 EV Bikin MG Motor Indonesia Sabet Rekor MURI
Tjio Wie Tay tercatat sebagai pelajar di Hollandsch-Chineesche School (HSC) Bogor. Tapi ternyata, dia menjadi anak bandel dan sering bolos sekolah bahkan kerap berkelahi, hingga putus sekolah saat menginjak kelas 4 SD di tahun 1940.
Tjio dikembalikan kepada Poppy Nio di Batavia, dan enggan bersekolah lagi, hanya ingin membantu ibunya berdagang.
Menukil buku “Bapak Saya Pejuang Buku (2003)”, Ketut Masagung menuliskan bahwa bisnis pertama Tjio Wie Tay adalah jualan rokok ketengan atau asongan di kawasan Senen dan Glodok, Jakarta.