Di Makkah, sang kakek, Abdul Muthalib menyambutnya dengan perasaan sedih karena mendengar kabar wafatnya Aminah.
Kondisi itu membuat sang kakek makin mencitai cucunya, Muhammad SAW. Nabi dalam asuhan sang kakek.
Namun, Tuhan berkehendak lain. Dua tahun setelah wafatnya Ibunda Aminah, sang kakek pun mengalami sakit keras.
Saat itu usia Nabi Muhammad SAW 8 tahun dan Abdul Muthalib berusia 80 tahun. Setelah berjuang melawan sakit, Tuhan berkehendak lain. Kakek Abdul Muthalib pun wafat.
Nabi mengiringi jenazah kakeknya ke liang lahat sambil berlinangan air mata. Kenangan sedih sebagai anak yatim-piatu membekas begitu dalam pada diri Rasulullah SAW.
Sehingga di dalam Al Quran pun disebutkan ketika Allah mengingatkan Rasulullah ﷺ akan nikmat yang dianugerahkan kepadanya di tengah kesedihan itu.
Surah Ad Dhuha (93: 5-7)