Abu Thalib adalah putra Abdul Muthalib. Ia ditunjuk sang ayah untuk mengasuh Muhammad SAW yang saat itu berusia 8 tahun.
Abdul Muthalib tidak memilih putra yang lain seperti Abbas yang kaya atau Harist yang tertua karena berbagai macam pertimbangan. Pilihan itu jatuh pada Abu Thalib.
Baca Juga: OJK Siap Menjembatani Pengaju KUR Mendapatkan Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Meski Abu Thalib secara ekonomi kurang, namun ia memiliki perasaan halus dan terhormat di kalangan Quraisy.
Tak hanya itu, Abu Thalib juga menyayangi Baginda Nabi Muhammad SAW yang merupakan keponakannya.
Abu Thalib mengenal betul keponakannya itu, mulai dari akhlak, cerdas, berbakti, baik hati, penyayang dan berbagai keunggulan lainnya yang belum pernah ia jumpai pada anak-anak lain pada ummnya.
Baca Juga: Masa Kesedihan Nabi Muhammad SAW saat Kecil, Diabadikan Dalam Surat Ad Dhuha (Kisah Nabi Bagian 16)
Abu Thalib yakin keponakannya itu bukan orang sembarangan. Karenanya, Abu Thalib lebih mendahulukan kepentingan Muhammad daripada anak-anaknya sendiri.
Begitu pun sebaliknya, Muhammad amat mencintai pamannya. Ia tahu pamannya memiliki banyak anak kecil dan hidup dalam kemiskinan.Namun demikian, pamannya tidak pernah berutang kepada orang lain.