Kota Makkah, Kisah Nabi dan Abu Bakar Bersembunyi

- 24 Juni 2022, 21:12 WIB
 ILUSTRASI Kabah di Kota Makkah, Arab Saudi.* Pixabay/Konevi
ILUSTRASI Kabah di Kota Makkah, Arab Saudi.* Pixabay/Konevi

Laporan-Wartawan Kabar Cirebon- Jejep Falahul Alam

PARA calon jemaah haji gelombang pertama asal Indonesia, saat ini telah tiba di kota suci Makkah dan Madinah. Bagi calhaj gelombang pertama, mayoritas telah bergerak ke Kota Makkah. Sebagian besar telah melaksanakan rangkaian ibadah Haji Tamattu seperti umroh wajib dan membayar dam (denda) dengan cara menyembelih hewan kambing. Ini berlaku bagi semua calhaj, terkecuali bagi yang niat Haji Ifrad.

Karena puncak ibadah haji baru akan digelar beberapa hari sebelum Raya Iduladha 1443 H tiba. Maka para calhaj mengisi ruang waktu itu dengan menambah amal ibadah baik di Masjidil Haram maupun berkunjung ke tempat tempat bersejarah di Tanah Haram. Hal itu seperti yang dilakukan para calhaj Jakarta-Bekasi (JKS) 11 asal Kabupaten Majalengka, yang melaksanakan wisata religi ke beberapa tempat di kota Makkah.

Seperti Jabal Rahmah. Tempat ini merupakan pertemuan pertama antara Nabi Adam dan Hawa di bumi setelah keduanya diusir dari surga.

Jabal Rahmah terletak di Bukit Arafah yang letaknya dekat dengan Masjid Namirah, dan berada di antara Makkah dan Thaif. Tempat ini kerap dikunjungi oleh para jemaah haji dan jemaah umrah. Biasanya mereka akan berdoa saat di bukit itu.

Selain itu, Gua Hira. Ini merupakan tempat bersejarah bagi umat Islam. Di gua ini Nabi Muhammad Saw pertama kali menerima wahyu dari Allah Swt berupa Alquran yang disampaikan melalui Malaikat Jibril berupa Surat Al-Alaq.

Ini terletak di Gunung Jabal Nur. Letak Jabal Nur berada di kawasan Hejaz berjarak sekitar 7 kilometer dari Masjidil Haram. Jabal Nur sendiri merupakan gunung bebatuan yang sangat terjal. Arti Jabal Nur sendiri gunung cahaya. Gua ini berukuran dengan panjang 3,5 meter dan lebar 1,5 meter, serta letaknya berada 4 meter dari atas bagian puncak gunungnya.

"Kalau malam hari, Jabal Nur tersinari lampu dari kota Makkah sehingga tidak terlalu gelap gulita. Banyak umat Islam berkunjung ke Gua Hira sengaja menjelang magrib sekaligus salat di puncak Jabal sambil melihat Gua Hira," ujar H Yanto, seorang mukimin asli warga Majalengka yang tinggal lama di kota Mekkah.

Dia sendiri saat ini menjadi pemandu calhaj asal Majalengka yang diminta untuk membantu memberikan penjelasan wisata religi di Tanah Haram.

Kemudian, lanjut H Yanto, ada juga Gua Tsur. Ini menjadi tempat persembunyian Nabi Muhammad dan Abu Bakar ketika hedak hijrah ke Madinah. Letaknya di bagian bawah Makkah di sebelah selatan distrik Al-Misfalah. "Tinggi gunung kurang lebih 1.405 meter. Gunung ini cukup tinggi, terjal dan berbatuan," ucapnya.

Mengenai struktur dan bentuk gunung ini menyulitkan para peziarah untuk mendaki sampai ke Gua Tsur. Bahkan, upaya pendakian gunung tersebut sering mendatangkan bahaya dan korban jiwa.

"Gua ini mempunyai dua pintu masuk yang terletak di bagian depan dan bagian belakangnya. Kalau sepintas kilas, bentuk gua ini menyerupai bentuk kuali," tuturnya.

Kalau sejarah Gua Tsur sendiri, kata dia, sangat erat kaitannya dengan sejarah hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah. "Di dalam Gua Tsur inilah Nabi Muhammad beserta Abu Bakar bersembunyi dan beristirahat selama tiga hari dalam perjalanan hijrah tersebut," jelasnya.

Puncak kedengkian

Sejarah hijrah sendiri dimulai ketika kaum kafir Quraisy sudah sampai kepada puncak kedengkian dan kemarahan mereka melihat perkembangan ajaran Islam yang semakin pesat di kalangan suku Quraisy sendiri.

Bukan hanya ada pula Bukit Safa dan Marwah. Ini menjadi tempat sa'i (lari-lari kecil) dalam rangkaian ibadah haji dan umrah. Dua bukit ini dikenal sebagai tempat Siti Hajar, ibu Nabi Ismail, berlarian mencari air. Lokasinya ada di dalam Masjidil Haram.

"Bukit Shafa dan Marwah tidak dapat dipisahkan dengan kisah istri Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS), yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS," ucapnya.

Menurut H Yanto, kedua buah bukit terletak dekat dengan Kakbah (Baitullah). Bukit Shafa dan Marwah ini memiliki sejarah yang sangat penting dalam dunia Islam, khususnya dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. "Bukit Shafa dan Marwah yang berjarak sekitar 450 meter itu, menjadi salah satu dari rukun haji dan umrah, yakni melaksanakan sa'i," paparnya.

Seperti diketahui, ibadah sa'i adalah berjalan kaki dan berlari-lari kecil di antara kedua bukit tersebut, sebanyak tujuh kali (bolak-balik) dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya.

Dan ketika melintasi Bathnul Waadi, yaitu kawasan yang terletak di antara Bukit Shafa dan Marwah (saat ini ditandai dengan lampu neon berwarna hijau), para jamaah pria disunahkan untuk berlari-lari kecil, sedangkan untuk jamaah wanita berjalan cepat. Ibadah sa'i boleh dilakukan dalam keadaan tidak berwudhu dan oleh wanita yang datang haid atau nifas.

"Jauh sebelum perintah ibadah haji dilaksanakan, Bukit Shafa dan Marwah telah menjadi saksi sejarah perjuangan seorang ibu dalam menyelamatkan anaknya dari kehausan puluhan abad silam," tukasnya.

Seperti diketahui, Ibrahim AS memiliki dua orang istri, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar. Namun, ketika Siti Hajar memiliki putra (Ismail), timbul kecemburuan dalam diri Siti Sarah. Dan, ia meminta kepada Ibrahim agar antara dirinya dan Siti Hajar segera dipisahkan. Siti Sarah tidak mau hidup bersama dalam satu negeri dengan Siti Hajar. Waktu itu, Nabi Ibrahim tinggal di Hebron, Palestina.

Kemudian, turunlah wahyu kepada Nabi Ibrahim supaya ia bersama-sama dengan anak dan istrinya (Ismail dan Hajar) pergi ke Makkah. Di waktu itu, Makkah belum didiami manusia, hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air. Di tempat inilah, keduanya ditinggalkan Ibrahim.***

Editor: Ajay Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x