Atas Nama Kepentingan

- 25 Juli 2022, 15:34 WIB
Abdul Rozak
Abdul Rozak

Oleh: Abdul Rozak
Guru Besar Fakultas Pendidikan dan Sains UGJ-Cirebon

HARI kedua lebaran Idulfitri tahun 1443 H, Anna dan teman-teman dapat bersilaturahmi ke rumah Pak Amanah (bukan nama sebenarnya).
Baru pada lebaran tahun ini Anna dan teman-teman dapat berkesempatan berkunjung pada hari kedua. Biasanya rumah Pak Amanah selalu penuh. Selama 5 hari tamu bergantian berdatangan.
Pada umumnya kami tidak mengenal para tamu. Mereka berasal dari luar. Mobil-mobil mereka menunjukkan orang bukan sembarang. Para tamu diantar para sopir yang berseragam. Mereka mesti pejabat penting. Kami melihat keluarga Amanah sangat sibuk.
Biasanya pada hari keenam atau ketujuh kami baru dapat mengobrol dengan Pak Amanah. Kami bangga sebagai tetangga. Pak Amanah adalah pejabat yang memegang posisi kunci di pemda kota. Kami selalu hormat kepada beliau karena bantuan terhadap pengembangan kampung kami.
Kami sangat merasakan kehadirannya. Kami yang memerlukan bantuan dalam hal apa pun selalu dibantu. Banyak tetangga yang memerlukan bantuan uang. Beliau tidak segan-segan membantu tanpa banyak tanya, apalagi menentukan syarat.
Banyak yang pada akhirnya meminta maaf karena belum dapat mengembalikan pada waktunya. Beliau hanya tersenyum. Senyum merujuk kepada makna, “Saya relakan untuk Bapak.” (Bisiknya dalam hati)
Keluarga Amanah kompak. Begitu suaminya. Begitu pula istri dan anak-anaknya. Semua baik. Bahkan para menantunya pun baik. Meski jarang berkumpul dengan kami karena kesibukannya, kami merasakan kehadirannya. Rapat kampung selalu meriah karena kontribusi keluarga Pak Amanah. Sumbangan apa pun selalu beliau yang paling besar; masjid, ruang pertemuan warga, ruang kantor RW, dana kebersihan. Kami memaklumi kesibukan pekerjaannya.
Beliau selalu berupaya salat berjamaah subuh, magrib dan isa bila tidak dinas ke luar kota. Istri beliau selalu hadir pada pengajian reboan di kampung. Rumah beliau seperti tidak pernah dikunci. Bila tidak ada di rumah, pembantunya terampil menyiapkan catatan keperluan tetangga.
Pembantu menyampaikan kepada Pak Amanah dan sesuai dengan janji permintaan yang telah dipenuhinya akan disampaikan kepada tetangga yang memerlukan itu. Sulit menemukan kebaikan seperti yang ditunjukkan keluarga Anusase.
Anna memerhatikan sekitar rumah Pak Amanah.
Biasannya sajian kue tidak sebanyak ini. Memang selalu banyak, tetapi tidak sebanyak ini. Beliau selalu menyediakan kue dan makanan istimewa bagi para tamunya. Beliau tidak pernah membedakan hidangan untuk para tamunya. Hidangan istimewa selalu disediakan untuk para tamu.
Semua tamu boleh masuk dan boleh makan sepuasnya. Kami merasa senang diundang bersilaturahmi. Dalam bentuk apa pun kami selalu siap membantu Pak Amanah. Setiap tahun disediakan waktu khusus untuk pada tetangga. Kami tidak pernah melewatkan undangan beliau. Baru tahun ini kami diundang pada hari kedua. Kami mengobrol banyak hal.
Anna memerhatikan wajah Amanah tidak pernah berubah. Selalu senyum dalam kondisi apa pun. Pada saat masih bertugas dan saat kini setelah pensiun tetap memberikan kebahagian kepada para tamunya. Kami senang berlama-lama berdiam di rumahnya. Banyak pilihan makanan dan minuman. Tuan rumah yang ramah.
Pada pembicaraannya tidak tanda-tanda kebosanan menerima kami. Tentu saja kami juga tahu diri. Kami tahu kapan harus mengakhiri pembicaraan. Kami tahu kapan harus permisi.
Selalu kalimat, “Kapan datang lagi. Ditunggu, ya.” Kalimat itu bukan basa-basi. Kalimat yang mewakili hati-nya. Kami tahu diri juga. Kami tidak terlalu sering berkunjung ke rumah beliau. Anna Sabandina ditahan tuan rumah. Pak Amanah mengajak ngobrol berdua.
Anna menyimak setiap kalimat yang diucapkan Pak Amanah. Anna berupaya menjadi penyimak yang baik. Anna tahu dia harus menjadi teman ngobrolnya. Menjadi pendengar yang baik perlu didasari kebaikan pula. Lebih mudah terus berbicara selama bahan bicaraan.
Sekarang waktunya bagi Anna mendengarkan obrolan Amanah (beliau mengistilahkannya begitu, obrolan yang hanya disampaikan kepada orang yang dapat dipercaya tidak akan memberitakan). Anna dipercayai Amanah. Anna belajar bijak dengan mendengarkan hal-hal baik yang disampaikan siapa pun.
Anna tidak akan menyia-nyiakan memorinya dengan menyimpan hal-hal yang buruk, yang akan mengotori memorinya, terutama hatinya. Hatinya tetap dijaganya dengan asupan yang bergizi. Dia harus mengisi hatinya dengan ilmu ( Al Imam Ahmad rahimahullah mengatakan, “Manusia sangat membutuhkan ilmu melebihi kebutuhan terhadap roti dan air, karena ilmu dibutuhkan manusia di setiap saat. Sedangkan roti dan air hanya dibutuhkan manusia sekali atau dua kali” (Al Adab asy Syar’iyyah 2/44-45).
Dia juga mengisi perutnya dengan makanan dan minuman bergizi dan terutama halal, juga tidak berlebihan. (“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” [Al-A’raf : 31]
Amanah menduduki jabatan pucak 5 tahun yang lalu. Dia hanya bekerja dan bekerja sesuai dengan aturan. Bagi Amanah aturan adalah aturan yang harus dihormati dengan menjalankannya. Selama ini dia telah bertahan dan berupaya tidak melanggar aturan. Dia memelihara aturan itu dengan sepenuh hati dan sekemampuannya. Beberapa temannya beranggapan bahwa dirinya kaku, terlalu taat, textbook, tidak dapat diajak berdamai, tidak bijak, dan ucapan lainnya.
Amanah tidak pernah memikirkan perkataan-perkataan itu karena lebih banyak yang mendukung atas tindakannya. Ada orang yang terkaget-kaget pada saat Amanah dipercaya memegang jabatan strategis.
Jabatan yang menentukan berbagai kebijakan menentukan. Banyak orang yang meragukan. Amanah terus berjalan, terus bekerja, dan orang-orang yang meragukan terdiam karena keberhasilan mengelola semua tugasnya.
Amanah selalu berpegang pada peraturan. Banyak kendala. Banyak godaan. Rayuan dari pihak berkepentingan begitu bertubi-tubi. Dia bersyukur kepada Allah karena dipertemukan dengan pimpinan yang mendukung terhadap putusannya. Banyak pengusaha yang dia tolak karena persyaratannya tidak memenuhi, masuk ke kantor pimpinan. Sangat banyak yang berbuat seperti itu.
Catatan Amanah selalu dijadiakan putusan atasannya. Setiap aktivitas pokok selalu dibuat laporan untuk atasannya. Atasannya mengetahui segala hal yang telah dikerjakan Amanah. Amanah selalu menentukan putusan berdasarkan aturan. Dia sangat yakin bahwa aturan memudahkan putusan.
Aturan itu bukan rasa dan pikir, tetapi penentu yang dapat dijadikan acuan. Oleh karena itu, Amanah tidak pernah bermain-main dengan aturan. Setiap pertanyaan yang meragukan putusannya, dia selalu mengembalikan kepada aturan. Mungkin ini yang dikatakan oleh sebagian teman-temannya bahwa dirinya kaku.
Amanah yakin bahwa menyalahi aturan akan menyulitkan segalanya. Oleh karena itu, Amanah tidak pernah tergoda untuk membuat kebijakan di luar aturan yang berlaku.
Alhamdulillah dia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, dengan selamat.
Dia sangat bahagia dalam kondisi kini. Dia kembali berada di tengah keluarga, di tengah tetangga yang terus-menerus mendukung. Dia merasa semakin kaya; kaya rasa, kaya hati, kaya sahabat yang berinteraksi tanpa menyelipkan kepentingan.
"Sab, selama saya menjadi penjabat rumah ini terus penuh sejak hari raya pertama sampai dengan hari kelima. Kamu tahu sendiri saya baru menerima tetangga pada hari keenam. Setelah pensiun hanya beberapa teman sejati yang selalu datang bersilaturahmi. Mereka adalah teman yang benar-benar teman, tidak pernah meminta pada saat saya jadi penjabat. Mereka tetap biasa, memposisikan saya sebagai teman, bukan sebagai penjabat. Satu lagi, Sab. Setiap tahun saya selalu menerima ucapan ulang tahun. Pada tahun ini tidak ada satu pun. Alhamdulillah tidak ada lagi ucapan ulang tahun, karena saya tidak tahu bagaimana menjawab ucapan itu. Sab, terima kasih, ya atas kesetiaan mendengar. Sampaikan kepada teman-teman saya akan terus membantu. Insya Allah, rezeki saya tidak pernah berkurang,” Anna Sabandina tersenyum.
Anna Sabandina bahagia atas kebahagian Amanah dan keluarganya. Amanah adalah contoh penjabat yang tidak pernah meminta jabatan. Ia dapat menjalankan amanahnya dengan baik.
Rasulullah SAW bersabda, "Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan karena permintaan maka tanggung jawabnya akan dibebankan kepadamu. Namun jika kamu diangkat tanpa permintaan, maka kamu akan diberi pertolongan." (HR Muslim).***

Editor: Alif Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x