Menikmati Kota Madinah Sambil Mengenang Jejak Rasulullah

16 Juni 2022, 21:30 WIB
GUNUNG Uhud di Madinah Al-Munawaroh menjadi sejarah perang antara kaum muslimin yang dipimpin Nabi Muhamad SAW dengan kafir Quraisy.* Jejep/KC

Laporan- Wartawan Kabar Cirebon-Jejep Falahul Alam

DI tengah rutinitasnya beribadah, para calon jemaah haji (calhaj) asal Indonesia, termasuk calhaj Kloter 11 KJS, asal Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat, diberikan kesempatan melakukan ziarah religi di kota Madinah Al-Munawarrah.

Para calhaj begitu sangat antusias ketika mengunjungi situs-situs bersejarah peninggalan Rasulullah Saw saat hijrah dan berdakwah di kota Madinah. Lokasi ziarah yang dituju di Madinah, pertama Masjid Quba. Ini merupakan masjid yang pertama dibangun dalam sejarah umat Islam dan didirikan Nabi Muhammad Saw. Masjid ini bentuknya masih sangat sederhana, di mana tiangnya terbuat dari batang pohon kurma dan atapnya pun dari pelepah daun kurma.

Masjid ini didirikan Rasulullah ketika dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah, di tahun yang sama, dibangun masjid kedua, yaitu Masjid Nabawi.

"Barang siapa yang salat dua rakaat di Masjid Quba itu setara dengan ibadah umroh. Untuk itu, sebelum masuk ke masjid, bapak-ibu semua, harus mengambil wudhu, niat salat mutlak dua rakaat," ujar Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI) Kloter 11, H Faizal Fikri saat memimpin ratusan jamaah menuju masjid tersebut. 

Selain masjid Quba, para jemaah sekilas diperlihatkan dengan sejarah tentang masjid Qiblataian. Masjid Qiblatain ini merupakan saksi dari perpindahan kiblat salat umat Islam. Sebelumnya masjid ini diberina bernama Masjid Bani Salamah. Kemudian, sekitar bulan Rajab tahun ke dua Hijriyah, Nabi Muhammad mendapat wahyu untuk memindahkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.

Kala itu, Nabi Muhammad sedang salat menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem. Tetapi, Allah menurunkan wahyu yang menjawab doanya selama ini. Perintah  terekam dalam surat Al-Baqarah ayat 144 itu memerintahkan Nabi Muhammad berpaling ke Masjidil Haram, Makkah. Ketika wahyu itu turun, Rasulullah sedang melaksanakan salat dua rakaat.

Setelah perintah itu turun, Rasulullah mengubah posisi kiblatnya dengan memutar 180 derajat ke arah kiblat baru. Para jemaah segera mengikuti perpindahan arah kiblat itu. Jejak penanda kiblat lama itu masih terekam di Masjid Qiblatain. Itu dapat terlihat pada penanda arah kiblat lama yang terletak di bagian atas pintu masuk yang sejajar dengan kiblat baru.

"Masjid ini menjadi saksi perpindahaan arah kiblat umat Islam," kata Faizal masih dalam rangkaian ziarah.

Setelah berkunjung ke Masjid Qibltaian, melanjutkan perjalanan ke Jabal (Gunung) Uhud. Lokasinya berada di sebelah kota Madinah atau berjarak 4,5 kilometer dari pusat kota. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1.050 meter, dengan panjangnya 7 km. Gunung ini terdiri dari batu-batuan granit, marmer merah dan batu-batu mulia.

Menurut Faizal, di lembah lembah bukit gunung ini dahulu pernah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin berjumlah 700 orang melawan gerombolan musyrikin Makkah dengan jumlah yang tidak seimbang. Mereka menyerang dengan serdadu tak kurang dari 3.000 orang.

Mengenai soal jumlah pasukan kaum muslimin yang ikut berperang sangat timpang. Total pasukan yang dipimpin langsung Rasulullah itu hanya berjumlah 700 orang. "Sementara musuh, terdiri dari 3.000 orang musyrikin Quraisy," ucapnya.

Menurut dia, sebenarnya peperangan ini nyaris dimenangkan oleh Nabi Muhammad. Namun pasukan pemanah tidak menggubris perintah Nabi Muhamad, agar jangan mengambil barang rampasan perang, sebelum perang berakhir. Namun, para pemanah yang berada di atas Gunung Arrimah tergoda melihat barang-barang berharga yang ditinggalkan oleh kaum musyrikin tersebut. Dan akhirnya, para pemanah ini meninggalkan posnya.

"Mereka turun dari bukit hingga lupa pesan Rasulullah agar mereka tidak meninggalkan bukit tersebut. sebelum ada komando," katanya.

Alhasil, pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid, seorang komandan Quraisy yang saat itu belum masuk Islam, memanfaatkan momentum itu dengan berbelok dari arah belakang pasukan Islam dan pasukan kaum muslim mengalami kekalahan yang tidak sedikit. Korban dari pasukan Islam pun berjatuhan. Perang ini menggugurkan 70 sahabat Nabi termasuk 7 pahlawan Uhud. "Disini Rasulullah sangat terpukul dan sedih gugurnya paman beliau Hamzah bin Abdul Mutholib," ujar Fikri.

Di lokasi ini juga terdapat Makam Syuhada Uhud. Lokasinya dipagar secara rapat. Selain itu dilapisi kaca plastik tipis sehingga tidak bisa dilihat terlalu jelas dalamnya. "Tempat ini merupakan pemakaman bagi 70 sahabat Nabi Muhammad yang gugur pada pertempuran Uhud," ungkapnya.

Setelah berkeliling ke berbagai tempat dan dengan waktu terbatas. Menutup perjalanan, para jemaah mengakhir ke kebun kurma. Di sini para jemaah bisa melihat langsung pohon kurma dan membelinya di lokasi tersebut. Lokasinya sendiri masih berada sekitar 5 kilometer sebelah kota Madinah.

Kebun kurma ini menjadi salah satu tujuan para jamaah haji Indonesia termasuk asal Majalengka yang ingin membeli oleh-oleh. Selain melihat lebih dekat pohon kurma, di tempat ini jemaah juga bisa membeli kurma dengan jenis yang beragam. Yang paling banyak diburu kurma ajwa. Kelebihan pohon kurma itu terus memberikan buah kepada pemiliknya hingga tua. Tidak pernah putus meski umurnya telah mencapai puluhan bahkan mungkin ratusan tahun.***

Editor: Ajay Kabar Cirebon

Terkini

Terpopuler