Ancaman El Nino Semakin Nyata, wilayah Cirebon Perlu Terus Waspada

8 Juni 2023, 09:00 WIB
Ilustrasi El Nino / bmkg.go.id/

KABARCIREBON - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut Indonesia perlu terus lebih mewaspadai semakin nyatanya potensi El Nino yang terjadi di beberapa wilayah, termasuk wilayah Cirebon.

El Nino, selain memicu kekeringan, minimnya curah hujan yang terjadi, juga akan berpotensi meningkatkan jumlah titik api, sehingga makin meningkatkan kondisi kerawanan untuk terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Untuk diketahui, El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut (SML) di atas kondisi normal yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan Timur. “Prediksi ini sesuai dengan hasil prediksi BMKG di bulan Februari yang lalu,” ungkap Dwikorita Karnawati dalam keterangan persnya.

Baca Juga: Sempat Tertunda Akibat Dana Rp10 Triliun. Ridwan Kamil: Pemprov Jabar Kembali Fokus pada Perbaikan Jalan

Adanya pemanasan SML ini mengakibatkan bergesernya potensi pertumbuhan awan dari wilayah Indonesia ke wilayah Samudera Pasifik Tengah sehingga akan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.

"Langkah-langkah strategis perlu dilakukan Pemerintah untuk mengantisipasi dampak lanjutan. Utamanya sektor-sektor yang sangat terdampak seperti sektor pertanian, tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air.

“Situasi saat ini perlu diantisipasi agar tidak berdampak pada gagal panen yang dapat berujung pada krisis pangan," ungkap Dwikorita .

Baca Juga: Terjadi 5 Kali Gempa Susulan Usai Gempa Bumi Magnitudo 6.1 di Pacitan Jawa Timur

Dijelaskan Kepala BMKG, berdasarkan pengamatan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudra Pasifik, La Niña telah berakhir pada Februari 2023. Sepanjang periode Maret - April 2023, ENSO berada pada fase netral, yang mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik pada periode tersebut.

Dengan peluang 80%, kata dia, ENSO netral diprediksi mulai beralih menuju fase El Niño pada periode Juni 2023 dan diprediksi akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga moderat.
Sementara itu, gangguan iklim dari Samudra Hindia, yaitu IOD (Indian Ocean Dipole), selama bulan Maret - April juga berada pada fase netral dan diprediksi berpeluang akan beralih menuju fase IOD positif mulai Juni 2023.

"Kombinasi dari fenomena El Niño dan IOD positif yang diprediksi akan terjadi pada semester II 2023 tersebut dapat berdampak pada berkurangnya curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia selama periode musim kemarau 2023. Bahkan, sebagian wilayah diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori bawah normal (lebih kering dari kondisi normalnya) hingga mencapai hanya 20 mm per bulan dan beberapa wilayah mengalami kondisi tidak ada hujan sama sekali (0 mm/bulan)," paparnya.

Baca Juga: Untuk Sebuah Keadilan, Ridwan Kamil Monitoring Pelaksanaan PPDB di Sejumlah Sekolah Kabupaten Majalenga

Dwikorita mengatakan, sejumlah langkah strategis yang bisa dilakukan yaitu dengan optimalisasi penggunaan infrastruktur pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, embung dan sebagainya untuk menyimpan air di sisa musim hujan agar dapat dimanfaatkan pada periode musim kemarau.

Langkah tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko kekurangan air, baik bagi kebutuhan masyarakat maupun untuk kebutuhan pertanian. Selain itu, lebih menggalakkan upaya pencegahan dan mensiagakan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, untuk mengantisipasi meningkatnya potensi karhutla, terutama wilayah atau provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Upaya pencegahan harus lebih ditekankan dibandingkan pemadaman karena langkah ini lebih efektif untuk menghindari dampak yang luas. Pengetahuan dan pemahaman masyarakat perlu terus ditingkatkan dalam memahami pengelolaan hutan dan lahan, potensi ekonomi lokal dan pengolahan hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai tambah," ujarnya.

Baca Juga: Link Live Streaming Fiorentina vs West Ham Livescore Final Conference League Sedang Berlangsung

"BMKG sendiri terus melakukan pemantauan untuk mendeteksi titik panas atau hot spot menggunakan satelit. Jika BMKG mendeteksi potensi karhutla maka secara resmi BMKG akan mengeluarkan peringatan dini," tambah dia.(Tati/KC).***

Dapatkan informasi terbaru dan populer Kabar Cirebon di Google News.

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: BMKG

Tags

Terkini

Terpopuler