Gerhana Bulan Total, Ibu Hamil Disarankan Mandi Besar

- 8 November 2022, 19:46 WIB
Ilustrasi Gerhana Bulan dan Ibu Hamil.*
Ilustrasi Gerhana Bulan dan Ibu Hamil.*

KABARCIREBON - Hampir semua masjid dan musala di Majalengka menggelar salat gerhana bulan. Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) mengimbau umat Islam menyelenggarakan salat gerhana bulan selepas menjalankan salat Magrib, Selasa (8/11/2022) .

Di masjid Al Hiriyah, Kelurahan Majalengka Wetan dan Kelurahan Cijadi, Kelurahan Sindangkasih misalnya. Pihak DKM memberikan pegumuman penyelenggaraan salat gerhana pada pukul 18.10 WIB.

Sebagian masyarakatnya memaknai gerhana sebagai sebuah fenomena alam yang luar biasa sehingga setiap orang harus bersegera melakukan ritual memohon keselamatan kepada Yang Maha Kuasa.

Munawir salah seorang pengurus DKM Al Huriyah menyebutkan, memaknai gerhana bulan sebagai tafakur. Karena menurutnya ibadah bukan hanya salat, zakat, puasa ataupun haji namun juga salah satunya adalah tafakur.

“Mungkin kadang kita lupa, bahwa tafakur termasuk ibadah yang sering dilupakan. Makanya, saat gerhana kami menyelenggarakan salat gerhana juga bertafakur. Jadi, gerhana bulan harus kita mentafakuri, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala ciptaan di jagat alam raya ini,” ungkap Munawir yang telah menyiarkan pengumuman di WA Grup.

Hal senada disampaikan anggota DKM lainnya, Jaja. Dia menyebutkan, gerhana bulan atau matahahari sebagai upaya mendekatkan diri pada Allah. Karena gerhana tidak sekadar fenomena alam tapi juga manusia haru mewaspadai fenomena tersebut.

Masyarakat di Desa Nunuk, selain melakukan salat gerhana ada beberapa kepercayaan lain yang diyakini masyarakat. Di antaranya bagi yang tengah hamil mereka harus segera mandi agar bayi yang dikandungnya selamat tidak terkena musibah.

Makanya mereka yang sedang hamil biasanya langsung mandi besar setelah itu segera solat.

“Kalau dulu ketika gerhana semua orang keluar melihat nini anteh terhadang mega,” kata Usman.

4 kali gerhana

Sementara itu Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi Ahhmad Faiz Zyin mengatakan, gerhana bulan adalah peristiwa terhalangnya projeksi cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.

Peristiwa tersebut merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan. Dan ini hanya terjadi pada saat fase purnama yang kejadiannya dapat diprediksi sebelumnya.

Gerhana bulan total terjadi saat posisi matahari-bumi-bulan sejajar. Hal ini terjadi saat bulan berada di umbra bumi, yang berakibat, saat puncak gerhana bulan total terjadi. Bulan akan terlihat berwarna merah (terkenal dengan istilah Blood Moon).

Menurut Faiz, di Tahun 2022, telah terjadi empat kali gerhana bulan dan matahari. Masing-masing dua kali gerhana matahari dan dua kali gerhana bulan.

Gerhana matahari sebagian (GMS) terjadi pada 30 April 2022 hanya gerhana ini tidak dapat diamati dari Indonesia serta gerhana bulan total yang terjadi pada 16 Mei 2022 juga tidak dapat diamati dari Indonesia, setelah itu kembali terjadi gerhana matahari sebagian di 25 Oktober 2022 yang juga tidak dapat diamati dari Indonesia.

“Untuk gerhana bulan total yang terjadi 8 November 2022 ini dapat dinikmati di Indonesia serta dapat disaksikan dengan mata telanjang dan tidak berbahaya bagi masyarakat, namun dengan catatan tidak tertutup awan mendung. Gerhana bisa dinikmati di semua tempat. Jika mungkin di tanah lapang yang bebas dari pepohonan agar dapat menyaksikan dengan leluasa tanpa gangguan." ungkap Faiz.(Tati/KC)

Editor: Alif Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah