Membedah Penyebab Terpilihnya MN KAHMI yang Didominasi Politisi

- 29 November 2022, 17:14 WIB

Pelaksanaan Munas Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN-KAHMI) ke- XI di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah telah usai. Terpilih sembilan orang Presidium MN KAHMI secara demokratis.

Mereka yakni Ahmad Doli Kurnia Tanjung (417 suara), Ahmad Yohana (343 suara), Herman Khoeron (318 suara), Saan Mustopa (316 suara). Lalu, M Rifqiziny (311 suara), Abdullah Puteh (295 suara), Romo HR (290 suara), Zulfikar Arse (284 suara) dan Soetomo (278 suara).

Raihan suara itu diperoleh ketika Munas KAHMI membuat sejarah baru dalam proses penghitungan suara menggunakan aplikasi e-Vote. Dari deretan sembilan nama itu ternyata mereka berlatar belakang politisi dengan beragam warna partai.

Bagi saya pribadi keterpilihan mereka itu bukan hal yang mengejutkan, tapi sudah diprediksi sebelumnya. Apalagi momentum Pemilu 2024 menjadi latar belakangnya, di samping kepentingan mulia untuk membesarkan roda organisasi KAHMI di masa depan.

Terlepas dari semua itu, saya mendapatkan pesan berantai melalui Whatshapp Grup terkait terpilihnya MN KAHMI Periode 2022-2027 yang 100 persen diisi para politisi. Kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan jajaran kepengurusan MN KAHMI masa bakti sebelumnya.

Dari hasil pengamatan langsung sebagai pendatang baru di Munas KAHMI dan pemilik suara penuh, setidaknya ada beberapa faktor penentu mengapa para politisi menjadi kampiun dalam perebutan kursi di tubuh MN KAHMI.

Pertama, mainan politisi. Strategi dan taktik dalam mendulang suara sebanyak mungkin tak ubah seperti pemilihan calon legislatif. Jadi hal ini bukan barang baru bagi mereka dalam menyusun kekuatan dukungan. Langkah mereka jauh lebih dulu ketimbang puluhan kandidat MN KAHMI lainnya yang bermain di injury time.

Bertajuk silaturahmi, para kandidat langsung menyapa dengan para pengurus Majelis Wilayah (MW) dan Majelis Daerah (MD) di seluruh Indonesia. Mereka menyadari betul, para pemilik suara ini harus dikondisikan sejak awal dan dikunci saat pencoblosan berlangsung. Tentunya ini dilakukan bukan hanya sekadar curah ide dan gagasan semata, tapi harus diimbangi dengan 'komitmen' yang jelas. Minimalnya setelah melakukan konsolidasi, ditutup dengan pengamanan suara di lokasi Munas, dengan cara melakukan pertemuan tahap kedua.

Sedangkan pola semacam ini tidak dilakukan kandidat MN KAHMI yang berasal dari kalangan birokrat, profesional, akademisi, dan lain-lain.Kalau pun ada yang bermain di akhir laga, itu tentunya tidak efektif, karena pemilik suara sudah dikunci. Kalaupun ada peserta penuh yang tergoda atau ingkar dari komitmen, itu presentasinya sangat kecil, dan suaranya tak terlalu signifikan. Mereka terpaksa berubah haluan selain masih ada slot yang kosong.

Atau bertujuan menyelamatkan rombongan lillahita'ala (romli), yang ikut serta sebagai peserta hore di perhelatan Munas. Kedatangan mereka tentunya harus diselamatkan, terutama dalam menyelesaikan logistik maupun tiket pemulangan ke tempat asalnya. Jika kita berkaca pada pengalaman, tata kelola semacam ini tak jauh berbeda pemilihan Ketua Umum PB HMI. Ingat, kemenangan ini tercipta bukan dari hasil hadiah atau serba kebetulan, namun sudah terorganisir sejak awal hingga akhir. Pribahasa menyebut, hasil tidak akan mengkhianati usaha.Kedua, tim sukses (timses) yang mengakar.

Kekuatan finansial yang melimpah tidak menjamin seseorang terpilih dengan meraup suara terbanyak. Tanpa dibentuk timses yang terstruktur dan solid. Timses sendiri banyak melibatkan jajaran pengurus MW dan MD yang langsung bersentuhan langsung dengan pemilik suara di berbagai daerah di tanah air.

Bahkan keterlibatan para senior HMI dari setiap generasi pun ikut menyusup. Mereka bergerak di luar timses yang dibentuk. Kondisi itu juga dapat mempengaruhi dalam menjatuhkan pilihan calon. Gerakan senyap para mantan pemain lama ini bahkan mampu mengkondisikan peran MW dan MD se-Indonesia. Baik dilakukan secara tertutup maupun secara terbuka. Mereka berasal dari para alumni HMI yang memiliki kesemaan warna partai, satu angkatan, teman seperjuangan atau koneksi lainnya.

Ketiga, jualan tagline kampanye. Dalam perhelatan ini disamping kekuatan finansial dan timses tak lupa jualan isu kampanye. Alasan ini penting di suarakan, untuk mempengaruhui pola pikir para pemilik suara yang notabene insan intelektual.

Namun semua itu akan runtuh, jika ada kesemaan kepentingan pasca terpilihnya Munas. Apalagi yang berkaitan dengan kepentingan simbosis mutualisme di masa depan.

Dan ini dilakukan mayoritas para politisi. Sehingga pemaparan visi-misi yang panjang lebar itu, tidak menjadi hal yang penting, jika aspek ini diabaikan. Kalimatnya sedikit, namun mampu mengingat memori calon pemilihnya. Misalnya tagline 'Pengamanan Penyelenggara Pemilu 2024 Aman'. Atau isu demografis, misalnya, kandidat perwakilan asal Jawa Barat, Kalimantan, Jawa Tengah, tuan rumah, dan lain-lain. Ini menjadi bahan pertimbangan para pemilik suara menjatuhkan pilihannya di bilik suara.

Keempat, sistem paket. Dalam sistem presedium ini para calon tidak bisa bermain sendiri. Namun berkolaborasi dengan kandidat lainnya. Karena pemilihan ini bukan ditujukan untuk individu, namun harus dipilih secara bersamaan sembilan orang, maka pemilihan paket itu sangat penting. Untuk saling mengisi peta kekuatan dan kelemahan calon. Apalagi dengan jangkuan MW dan MD yang ada di setiap provinsi. Tentunya membutuhkan waktu yang terbatas untuk menjangkaunya.

Strategi kolaborasi sangat penting. Karena setiap calon itu tidak semua kuat, jika harus berhadapan dengan calon lainnya, yang berasal dari provinsi lainnya.

Pola ini diterapkan betul dilakukan oleh sembilan MN KAHMI, sehingga mereka unggul dalam perolehan suara Munas di Palu kemarin. Seperti paket pilihan A, pilihan B, pilihan C, dan seterusnya.

Mungkin masih banyak faktor penentu lainnya. Namun secara garis besarnya apa yang saya tuliskan ini tidak jauh berbeda dari hasil analisa dan pengamatan abang-abangku. Bahkan mungkin jauh akan lebih tajam lagi pengamatannya, ketimbang saya.

Menyatu

Nasi sudah jadi bubur. Faktanya alumni HMI berprofesi politisilah yang unggul. Apapun hasil Munas KAHMI ini harus diterima semua pihak. Karena perhelatan ini sudah dilaksanakan secara demokratis. Kalau pun ada kekurangan itu hal yang biasa terjadi dalam tubuh organisasi. Kalau pun ingin ideal komposisi MN KAHMI, semestinya dalam Munas kemarin ada klausul perubahan AD/ART. Isinya yang menegaskan bahwa pimpinan presidium harus berasal dari beragam latar belakang. Tidak didominasi kelompok tertentu. Ini harus menjadi pegangan regulasi. Sehingga Munas kedepan porsinya sudah jelas. Misalnya, plotnya politisi tiga, akademisi tiga, profesional tiga dan satunya umum.

Selain itu pula, kriteria lainnya syarat menduduki kursi MN KAHMI itu, harus diisi alumni yang telah memiliki kontribusi nyata untuk kemajuan bangsa dan tanah air ini. Tokoh nasional yang sudah punya nama besar. Ini penting selain kebanggan bagi para alumni, juga para kader HMI yang saat ini tengah menimba ilmu di bangku kuliah.

Terakhir, KAHMI yang merupakan bagian dari organisasi paguyuban dan para alumni, tidak lagi bergulat pada siapa yang menang dan kalah. Tapi harus menyatu dan meleburkan diri visi-misi yang telah dibuat oleh semua kandidat. Tidak lagi berbicara kepentingan atau latar belakang, karena kita sesama keluarga besar HMI. Bukan lagi mahasiswa seperti dulu.

Bahkan saya mengusulkan jajaran pengurus di MN KAHMI itu semua kandidat dari berbagai kalangan, masuk dalam kabinetnya. Presidium bekerja sebagian besar atas ide dan gagasan rekomendasi dari para alumni berprofesi akademisi, birokrat, profesional dan lain sebagainya.

Apapun yang terjadi hasil Munas kita tak boleh berprasangka buruk. Kita dukung apapun kebijakan yang dilakukan sepanjang, tidak bertolok belakang dengan aturan.Mari kita hilangkan perbedaan dan bergandeng tangan untuk mewujudkan mimpi besar Gagasan Lafran Pane. Orang tua kita yang telah mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 silam. Yakni mempertahankan Negara Republik Indonesia (NKRI) dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam. Itulah buah dari pemikiran beliau yang harus kita jaga dan wujudkan dalam kehidupan nyata. Semoga. (Jejep Falahul Alam/Peserta Penuh MD KAHMI Majalengka Provinsi Jawa Barat)

Editor: Fani Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah