Kuningan sebagai Kabupaten Angklung, Nama Tokoh Kujtit selalu Disembunyikan

- 13 Maret 2024, 18:09 WIB
Disdikbud Kuningan menggelar FGD bertemakan Kuningan sebagai Kabupaten Angklung di Rumah Makan Manioh.
Disdikbud Kuningan menggelar FGD bertemakan Kuningan sebagai Kabupaten Angklung di Rumah Makan Manioh. /Iyan Irwandi/KC/

KABARCIREBON - Beberapa tahun lalu dengan menelan biaya yang cukup besar, Kabupaten Kuningan telah mendeklarasikan diri sebagai Kabupaten Angklung tetapi dalam perkembangan pelestarian alat musik kesenian tradisional yang terbuat dari bambu hitam (Awi Hideung) tersebut tidak berjalan sebagaimanamestinya.

Maka dari itu, untuk kembali menggelorakan sekaligus membumingkan Kesenian Angklung, Bidang Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kuningan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertemakan, 'Kuningan Kabupaten Angklung' di Rumah Makan Manioh Jalan Soekarno-Hatta.

Kegiatan diskusi dengan berbagai pelaku seni, pengrajin Angklung, mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi, tokoh masyarakat dan praktisi seni menghadirikan narasumber berkompeten di bidangnya. Seperti, Pendi Partawijaya dari Sanggar Angklung Lumbu Kelurahan/Kecamatan Cigugur, Budayawan, Rudi Rudiana, Praktisi Angklung, Roni Ucit dan Sejarawan, Tendi.

Baca Juga: Jadi Tempat Mata Pencaharian, Car Free Day di Kuningan Dilarang Selama Bulan Suci Ramadan

Pada diskusi yang dipandu oleh Kepala SMPN 2 Cigugur, Irsan Fajar tersebut cukup memanas karena banyak para peserta yang bertanya sekaligus memberikan masukan bahkan ada di antaranya yang menyarankan agar ditarik kembali deklarasi Kabupaten Angklung jika dalam pelaksanaannya tidak ada tindak lanjutnya.

Namun di balik diskusi itu juga, muncul nama Kutjit atau nama samaran seorang tokoh pengrajin kesenian bambu sekaligus pelopor kesenian Angklung di Kabupaten Kuningan. Ia berasal dari Kelurahan Citangtu namun namanya tersebut kurang dikenal di jaman sekarang karena warga lebih mengenal sosok legenda Angklung atas nama Daeng Soetigna.

Ia merupakan guru dan budayawan di Kuningan di era tahun 1931-1948 tetapi setelah pensiun, memilih hijrah ke Bandung dan meninggal di usia 76 tahun atau tepatnya tanggal 8 April 1984. Tokoh ini merupakan penggagas atau yang merubah Angklung pentatonis menjadi diatonis pada tahun 1938.

Baca Juga: Angklung Kuningan Memancanegara, dari Kelas Pengamen Menjadi Kelas Orkestra dan Ini Cara Pembuatannya

Akibat adanya perubahan laras tersebut menambah kreasi angklung hingga mampu membawakan lagu-lagu mancanegara tanpa menghilangkan seni tradisi angklung itu sendiri. Hal ini mengangkat derajat Angklung dari kelas pengamen menjadi kelas konser atau orkestra.

Halaman:

Editor: Iyan Irwandi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x