Dibangun Tahun 900 Masehi, Masjid Kramat Megu Kabupaten Cirebon Masih Berdiri Kokoh

- 25 Maret 2024, 15:55 WIB
Dibangun Tahun 900 Masehi, Masjid Kramat Megu Kabupaten Cirebon Masih Berdiri Kokoh
Dibangun Tahun 900 Masehi, Masjid Kramat Megu Kabupaten Cirebon Masih Berdiri Kokoh /Foto/Iwan/KC/

KABARCIREBON - Masjid Kramat Megu yang terletak di Desa Megu Gede Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon menjadi salah satu masjid kuno dan memiliki sejarah serta keunikan tersendiri.

Masjid yang dibangun pada tahun 900 masehi itu masih berdiri kokoh sampai sekarang. Bahkan, selama bulan Ramadan ini kegiatan keagamaan di masjid Kramat Megu ini tidak pernah kosong, justru semakin meningkat.

Juru kunci Masjid Kramat Megu, Abah Misko mengatakan, Masjid Kramat Megu ini dibangun pada tahun 900 masehi oleh Ki Gede Megu atau Ki Atas Angin dan dibantu oleh para Wali Songo, bahkan Wali dari Baghdad dan Irak.

Baca Juga: Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia Usai Tertabrak Kereta Api di Depan Grage City Mall Cirebon

Abah Misko mengatakan Masjid Kramat Megu ini dibentengi dengan batu bata merah dan pada benteng tersebut terdapat tiga pintu kecil dengan ketinggian 90 centimeter dengan lebar 60 centimeter, ada makna yang terkandung di dalamnya.

Menurutnya, makna pertama dari benteng tersebut, masjid itu harus dijaga dan dirawat. Kedua pintu kecil yang berarti kan setiap orang yang mau masuk rumah Allah harus sopan. Begitu masuk ke dalam masjid, pengunjung diingatkan untuk merenungi kebesaran Tuhan dan menjaga ketertiban dalam diri.

"Tinggi 90 itu diambil dari 9 yang melambangkan wali songo, lebar 60 diambil 6 yang melambangkan rukun iman, sehingga orang yang mau masuk harus nunduk, sopan karena masuk ke rumahnya Allah," kata Misko.

Baca Juga: Ini 20 Alamat Warung Sate yang Enak di Kota Salatiga, Ada Pilihan Sate Berkah, Sate Ngawen, dan Sate Pak Jeky

Namun, kata Misko, keunikan Masjid Kramat Megu tidak berhenti pada bagian arsitekturnya saja, di dalam area masjid terdapat sumur keramat dan bale mangun. Bale mangun adalah sebuah tempat seperti saung atapnya menggunakan sirap atau dedaunan ilalang yang ditata dengan rapih.

Bale mangun digunakan sebagai tempat sedekah bumi.
"Jadi warga sini yang memiliki hasil pertanian atau perkebunan dibawa ke bale mangun dikumpulkan lalu dibagikan ke warga lainnya," kata Misko.

Halaman:

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x