KABARCIREBON - Sampailah kita pada kisah Nabi Muhammad SAW bagian 5. Kisah ini berkaitan dengan nazar Kakek Nabi yakni Abdul Muthalib.
Apa itu nazarnya? Mengorbankan salah satu anaknya jika Yang Maha Kuasa memberikan 10 anak laki-laki.
“Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang di antara 10 anak itu akan kusembelih di Ka’bah sebagai kurban untuk Tuhan.”
Baca Juga: Shalawat Ya Hadi Sir Ruwaida, Teks Arab dan Terjemahan Indonesia
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki.
Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak.
Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.
Baca Juga: Teks Arab Shalawat Tarhim dan Terjemahan Indonesia, Assholatu Wassalamu Alaik
“Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak laki-laki.”
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
“Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya.”
Baca Juga: SWI Rilis 10 Investasi Bodong, Tanpa Izin dari OJK: Ini Nama-namanya
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka’bah, juru qidh (Nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya masing-masing di atas qidh.
Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.
Baca Juga: Peringati 1 Abad, PCNU Kabupaten Cirebon Gelar NU Bershalawat
“Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!”
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui niatnya itu?
Menemukan Zamzam
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur.
Baca Juga: Tenang dan Jangan Tergesa-gesa, Simak Hadis Nabi Ini
Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang,
“Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan!”
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan menggali lebih giat.
Baca Juga: Kisah Sandal Nabi Muhammad SAW Dalam Peristiwa Isra Miraj
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.
“Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!” kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na’ila, air membersit.
“Air! Harits! Lihat, ada air!” seru Abdul Muthalib saking kagetnya.
“Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!”
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu.
Baca Juga: Kisah Sufi, Dzun Nun Al-Mishri Uji Kesholehan Santri Melalui Tutup Nampan
Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.
“Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!” pinta mereka.
“Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh (anak panah),".
"Dua anak panah buat Ka’bah, dua buat aku, dan dua buat kamu. Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa.”
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka’bah. Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar.
Baca Juga: Cirebon Berduka, Kiai Sepuh Benda Kerep Berpulang, Beliau Adalah Cucu Mbah Soleh
Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka’bah. Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya.
Pedang dan Pelana Emas
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka’bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.
للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Kisah Nabi Muhammad SAW ini diambil dari Kuliah Siroh Nabawiyah Bagian 5 Majelis Kopi Pahit Forsil Alma'ruf Benda Kerep Cirebon.***