Benahi Profesi Guru (Pesan untuk Dirjen Guru Baru)

- 17 Mei 2020, 23:14 WIB
Indra Yusuf
Indra Yusuf

Siswa yang bercita-cita menjadi guru pun bukan termasuk siswa yang tergolong bintang kelas, melainkan hanya siswa yang biasa-biasa saja. Lain halnya dengan profesi seperti dokter, arsitek, pengacara atau lainnya. Tentu jika ditanya dengan pertanyaan serupa akan berbeda jawabannya. Sudah dapat dipastikan akan lebih banyak siswa yang mengacungkan tangannya.  

Kembali saya melontarkan pertanyaan kepada siswa saya, kali ini pertanyaanya “Mengapa kalian tidak ingin menjadi guru, bukankah guru adalah pekerjaan yang mulia?”  sebagian besar mereka menjawab dengan singkat, “ Karena guru gajinya kecil”. 

Tentu ini merupakan jawaban yang sangat sederhana namun memiliki makna yang luas. Dari jawaban itu ada yang membuat kita prihatin, mengapa sikap anak-anak itu telah berorientasi pada materi, bukan kepada minat, hati nurani atau panggilan jiwa. Agaknya siswa-siswa kita tanpa disadari telah mengidap sifat materialistik dan konsumerisme. 

Dari dua pertanyaan tersebut tentu kita dapat sedikit memahami akar persoalan tentang benang kusut profesi guru sekaligus dunia pendidikan kita. Dua hal tersebut adalah kualitas dan kesejahteraan guru. Sudah bukan rahasia lagi, kualitas dan kompetensi guru Indonesia masih relatif rendah.

Setidaknya ilustrasi ini didukung dari hasil tes angket yang dilakukan oleh Balitbang Kemendikbud  kepada 512.500 siswa peserta Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) 2019. Hasilnya peserta didik yang tak mau menjadi guru sebanyak 89 persen dan sisanya 11 persen ingin menjadi guru. Penyebabnya adalah dimensi sosial ekonomi, siswa itu sangat memilih sebuah profesi yang menurut persepsinya memiliki status sosial ekonomi yang tinggi. Sementara gambaran status sosial ekonomi profesi guru di mata para siswa masih di bawah profesi lain seperti pengacara dan dokter.

Halaman:

Editor: Dodi Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x