Matinya Kepakaran

- 6 April 2021, 23:23 WIB
Roni Tabroni
Roni Tabroni

Oleh Roni Tabroni

Dosen Sejarah STKIP Pangeran Dharma Kusuma, Indramayu

BEBERAPA hari yang lalu dunia catur tanah air dikagetkan dengan kemunculan seorang lelaki nirjejak prestasi catur yang berhasil menumbangkan pemain catur profesional di sebuah web permainan catur.  Ceritanya kemudian mengalir mulai dari tuduhan berlaku curang hingga terpecahkannya sebuah rekor penonton livestreaming permainan catur antara lelaki tersebut dengan seorang grandmaster catur wanita Indonesia.

Sebuah pertandingan yang kemudian seakan merumuskan apa yang sering terjadi di era super cepatnya transmisi informasi saat ini: seseorang yang mempunyai pengalaman dan prestasi segudang dipaksa berhadapan dengan orang yang tiba-tiba populer dan didukung oleh mayoritas orang.  Sebuah dukungan yang muncul dari kurangnya apresiasi akan sebuah proses. Dukungan yang muncul dari sebuah euforia bernama nasionalisme dan perasaan satu kelompok minoritas yang seakan berhadapan dengan raksasa berwujud singgasana para ahli. 

Benih ini seakan menemui lahan suburnya dalam akses informasi melalui internet yang lebih mudah dan banyak. Pupuknya adalah kesenjangan pendidikan dan ekonomi. Benih yang memiliki sebuh potensi untuk tumbuh menjadi sebuah pohon yang bernama ilusi pengetahuan. Hal yang berbahaya dari pohon ini kemudian adalah buahnya yang bernama anti-rasionalisme. Akankan kita akan membiarkan pohon itu tubuh rindang dan berbuah lebat? 

Halaman:

Editor: Dodi Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah