Membedah Penyebab Terpilihnya MN KAHMI yang Didominasi Politisi

- 30 November 2022, 08:46 WIB

Pelaksanaan Munas Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN-KAHMI) ke- XI di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah telah usai. Terpilih sembilan orang Presidium MN KAHMI secara demokratis.

Mereka yakni Ahmad Doli Kurnia Tanjung (417 suara), Ahmad Yohana (343 suara), Herman Khoeron (318 suara), Saan Mustopa (316 suara). Lalu, M Rifqiziny (311 suara), Abdullah Puteh (295 suara), Romo HR (290 suara), Zulfikar Arse (284 suara) dan Soetomo (278 suara).

Raihan suara itu diperoleh ketika Munas KAHMI membuat sejarah baru dalam proses penghitungan suara menggunakan aplikasi e-Vote. Dari deretan sembilan nama itu ternyata mereka berlatar belakang politisi dengan beragam warna partai.

Bagi saya pribadi keterpilihan mereka itu bukan hal yang mengejutkan, tapi sudah diprediksi sebelumnya. Apalagi momentum Pemilu 2024 menjadi latar belakangnya, di samping kepentingan mulia untuk membesarkan roda organisasi KAHMI di masa depan.

Terlepas dari semua itu, saya mendapatkan pesan berantai melalui Whatshapp Grup terkait terpilihnya MN KAHMI Periode 2022-2027 yang 100 persen diisi para politisi. Kondisi ini jauh berbeda jika dibandingkan jajaran kepengurusan MN KAHMI masa bakti sebelumnya.

Dari hasil pengamatan langsung sebagai pendatang baru di Munas KAHMI, dan pemilik suara penuh, setidaknya ada beberapa faktor penentu mengapa para politisi menjadi kampiun dalam perebutan kursi di tubuh MN KAHMI.

Pertama, mainan politisi. Strategi dan taktik dalam mendulang suara sebanyak mungkin, tak ubah seperti pemilihan calon legislatif. Jadi hal ini bukan barang baru bagi mereka dalam menggalang dukungan. Langkah mereka jauh lebih dulu ketimbang puluhan kandidat MN KAHMI lainnya, yang bermain di injury time.

Bertajuk silaturahmi, para kandidat langsung menyapa dengan para pengurus Majelis Wilayah (MW) dan Majelis Daerah (MD) KAHMI di seluruh Indonesia. Mereka menyadari betul, para pemilik suara ini harus dikondisikan sejak awal dan dikunci saat pencoblosan berlangsung. Tentunya ini dilakukan bukan hanya sekadar curah ide dan gagasan semata, tapi harus diimbangi dengan komitmen yang jelas. Minimalnya setelah melakukan konsolidasi, ditutup dengan pengamanan suara di lokasi Munas. Dengan cara melakukan pertemuan tahap kedua. Lagi-lagi pola semacam ini tidak diterapkan kandidat MN KAHMI yang berasal dari kalangan birokrat, profesional, akademisi, dan lain-lain.

Kalau pun ada yang bermain di akhir laga. Hasilnya tidak efektif. Karena pemilik suara sudah 'diikat' dengan beragam hal. Jika ada peserta penuh yang ingkar dari komitmen pun, itu presentasinya sangat kecil. Suaranya tak terlalu signifikan.

Mereka yang terpaksa berubah haluan pun, bisa karena slot sembilan nama masih ada yang kosong. Atau bertujuan menyelematkan rombongan lillahita'ala (romli), yang ikut serta sebagai peserta hore di perhelatan Munas. Kedatangan mereka tentunya harus diselamatkan, terutama dalam pemenuhan logistik maupun tiket pemulangan ke tempat asalnya.

Sehingga jika ditarik benang merahnya, kemenangan mereka itu tercipta bukan dari hasil hadiah atau serba kebetulan, namun sudah terorganisir sejak awal hingga akhir. Peribahasa menyebut, hasil tidak akan mengkhianati usaha.

Kedua, tim sukses (timses) yang mengakar. Kekuatan finansial yang melimpah tak menjamin seseorang terpilih dengan meraup suara terbanyak, tanpa dibentuk timses yang terstruktur dan solid. Timses sendiri banyak melibatkan jajaran pengurus MW dan MD yang langsung bersentuhan langsung dengan pemilik suara di berbagai daerah di tanah air.

Bahkan keterlibatan para senior HMI dari setiap generasi pun ikut mewarnai kancah perpolitikan di Munas KAHMI. Mereka bergerak di luar timses yang dibentuk. Kondisi itu juga dapat mempengaruhi dalam menjatuhkan pilihan calon. Gerakan senyap para pemain lama ini mampu mengkondisikan kurang lebih 525 suara. Tersebar di 38 provinsi pengurus MW KAHMI, serta ratusan MD kota dan kabupaten di Indonesia. Baik dilakukan secara tertutup maupun secara terbuka. Mereka berasal dari alumni HMI yang memiliki kesemaan warna partai, satu angkatan, teman seperjuangan atau koneksi lainnya.

Ketiga, jualan tagline kampanye. Dalam perhelatan ini disamping kekuatan finansial dan timses tak lupa jualan isu kampanye. Alasan ini penting di suarakan untuk mempengaruhui pola pikir para pemilik suara yang notabene insan intelektual. Namun semua itu akan runtuh jika ada kesamaan kepentingan pasca Munas. Apalagi yang berkaitan dengan kepentingan simbosis mutualisme di masa depan.Sehingga pemaparan visi-misi yang panjang lebar itu tidak menjadi hal yang penting, jika aspek ini diabaikan. Kalimatnya sedikit, namun mampu mengingat memori pemilik suara. Misalnya tagline, 'Pengamanan Penyelenggara Pemilu 2024'. Atau isu demografis, misalnya kandidat perwakilan asal Jawa Barat, Kalimantan, Jawa Tengah, tuan rumah, dan lain-lain. Ini menjadi bahan pertimbangan para pemilik suara menjatuhkan pilihannya di bilik suara.

Keempat, sistem paket. Dalam sistem presidium ini para calon tidak bisa bermain sendiri, namun berkolaborasi dengan kandidat lainnya. Karena pemilihan ini bukan ditujukan untuk individu, namun harus dipilih secara bersamaan sembilan orang. Pemilihan paket menjadi sangat penting, untuk saling mengisi peta kekuatan dan menutupi kelemahan calon. Apalagi dengan jangkauan wilayah MW dan MD KAHMI di setiap provinsi. Tentunya ini membutuhkan waktu lama untuk merebut dukungan. Sehingga strategi kolaborasi sangat penting. Karena setiap calon itu tidak semua kuat. Jika harus berhadapan dengan calon lainnya, yang berasal dari luar provinsi.Pola ini diterapkan betul oleh sembilan MN KAHMI terpilih, sehingga mereka unggul dalam perolehan suara Munas di Palu kemarin. Seperti paket pilihan A, pilihan B, pilihan C, dan seterusnya.

Mungkin masih banyak faktor penentu lainnya, namun secara garis besarnya apa yang saya tuliskan ini tidak jauh berbeda dari hasil analisa dan pengamatan abang-abangku. Bahkan mungkin jauh akan lebih tajam lagi pengamatannya, ketimbang saya.

Menyatu dan Melebur

Nasi sudah menjadi bubur. Faktanya alumni HMI berprofesi politisilah yang unggul. Apapun hasil Munas KAHMI ini harus diterima semua pihak. Karena perhelatan ini sudah dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Kalau pun ada kekurangan itu hal yang biasa terjadi dalam tubuh organisasi.

Memang idealnya, komposisi MN KAHMI harus berisi dari berbagai unsur masyarakat. Guna mengindari itu, semestinya pada Munas kemarin, para peserta melakukan perubahan AD/ART. Isinya menegaskan bahwa pimpinan presidium harus berasal dari beragam latar belakang. Tidak didominasi kelompok tertentu. Ini harus menjadi pegangan regulasi. Sehingga Munas porsinya jelas. Misalnya, plotnya politisi tiga, akademisi tiga, profesional tiga atau skema lainnya.

Selain itu pula, perlu ada penambahan kriteria. Umpamanya, syarat menduduki kursi MN KAHMI harus diisi alumni yang telah memiliki kontribusi nyata untuk kemajuan bangsa dan tanah air ini. Seperti tokoh nasional yang sudah punya nama besar. Ini penting dihembuskan, selain kebanggan bagi para alumni, juga para kader HMI yang saat ini tengah menimba ilmu di bangku kuliah.

Terlebih, KAHMI yang merupakan bagian dari organisasi paguyuban dan para alumni, tidak lagi bergulat pada siapa yang menang dan kalah. Suka atau tidak. Tapi harus menyatu dan meleburkan diri visi-misi yang telah digagas oleh semua kandidat. Tidak lagi berbicara kepentingan atau latar belakang, karena kita sesama keluarga besar HMI. Bukan lagi mahasiswa seperti dulu. Yang terkadang lebih egois karena jiwa mudanya.

Bahkan saya mengusulkan jajaran pengurus di MN KAHMI itu semua kandidat dari berbagai kalangan, masuk dalam kabinetnya. Presidium bekerja sebagian besar atas ide dan gagasan rekomendasi dari para alumni berprofesi akademisi, birokrat, profesional dan lain sebagainya.

Nasi sudah menjadi bubur. Apapun yang terjadi hasil Munas kita tak boleh berprasangka buruk. Karena mereka belum bekerja. Selama ini kita masih berasumsi bahwa citra politisi itu terkesan negatif. Jauhkan pikiran buruk semacam itu. Apalagi menjadi pengurus MN, MW dan MD KAHMI itu bagian dari pengabdian. Bukan untuk mencari kehidupan. Mereka yang terpilih itu sudah mapan dari segi ekonomi. Oleh karena itu, kita sebagai anggota KAHMI harus mendukung apapun kebijakan yang dilakukan. Sepanjang tidak bertolak belakang dengan aturan hukum yang berlaku.

Mari kita hilangkan perbedaan dan bergandeng tangan untuk mewujudkan mimpi besar pendiri HMI Lafran Pane. Almarhum orang tua kita yang telah mendirikan HMI pada 5 Februari 1947 silam. Yakni Mempertahankan Negara Republik Indonesia (NKRI) dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Agama Islam. Itulah buah dari pemikiran beliau yang harus kita rawat dan wujudkan dalam kehidupan nyata. Semoga. (Jejep Falahul Alam/Peserta Penuh MD KAHMI Majalengka Provinsi Jawa Barat)

Editor: Fani Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x