"Ini warisan biasanya rebutan. Dalam hal ini, yang diperebutkan adalah isi dari pengetahuan Al-Quran. Secara garis besar, Alqur'an mengajarkan untuk jangan terlalu mengejar duniawi," ungkapnya.
Masih dikatakan dia, penulis Alqur'an ini tercatat ada hubungan kekerabatan dengan kerajaan Talaga Manggung, juga ada hubungannya dengan Pamijahan, Kasepuhan Kawunggirang dan Cijati. Namun, soal silsilah nasab keturunan ini detailnya kurang begitu pasti.
"Dulu mah hanya sebatas dikasih tahu secara lisan, jadi tak ada jejak tulisannya," ujarnya.
Selain Alqur'an kuno, lanjut dia, peninggalan Tubagus Latifudin itu bukan hanya Al-Quran tulisan tangan saja. Namun ada senjata keris dan tombak. Saat ini dia hanya menyimpan barang berharga tersebut di tempat sederhana.
Sementara Ketua Grup Madjalengka Baheula (Grumala) Nana Rohmana atau akrab disapa Mang Naro berharap ada penelitian khusus tentang jejak tulisan tangan Al-Quran yang sudah berusia 370 tahun lebih itu.
"Kami, Grumala, telah melihat langsung Al-Quran itu dirawat dan dijaga oleh orang yang tepat. Sayangnya belum ada perhatian dari pemerintah, terhadap makam maupaun peninggalan Kiyai Latifudin. Padahal Makam tersebut ketika haul dikunjungi ribuan orang. Wisata religi telah terbentuk di Pageraji," ujarnya.***