Duh Harga Beras di Majalengka Naik Lagi

5 Februari 2023, 20:05 WIB
PABRIK penggilingan beras di Kelurahan Tarikolot, Kecamatan/Kabupaten Majalengka tidak beroperasi. Pabrik tersebut hanya beroperasi seminggu tiga hingga empat hari saja akibat sulitnya mendapatkan gabah.* /Tati Purnawati /Kabar Cirebon/

KABARCIREBON- Harga beras di sejumlah kios di Majalengka kembali alami kenaikan menjadi Rp 13.250 hingga Rp 13.500 per kg kualitas premium. Hal itu terjadi seiring dengan naiknya harga gabah yang sudah menembus Rp 700.000 per kuintal di tingkat penggilingan.

Pada minggu ke empat Januari lalu, harga gabah masih berada di posisi Rp 675.000 per kuintal dan harga beras premium sebesar Rp 13.000 per kuintal. Sedangkan pada awal Januari harga gabah di tingkat tengkulak sebesar Rp 670.000 per kuintal dan di tingkat petani masih Rp 640.000 per kuintal.

Menurut keterangan, sejumlah pemilik penggilingan gabah kenaikan harga diprediksi masih akan terjadi di wilayah Majalengka karena musim panen diperkirakan masih satu bulan karena kondisi padi baru berbunga.

Baca Juga: Bupati Imron: Kemajuan Teknologi Bisa Membawa Masalah Baru

Pemilik penggilingan padi di Kelurahan Tarikolot, Kecamatan Majalengka Sudirto mengatakan, belakangan ini dirinya mendapatkan gabah dari Kabupaten Ciamis dan Kuningan karena di wilayahnya sudah tidak ada petani yang memiliki gabah, baik gabah hasil panen gadu maupun hasil panen MT II.

“Sudah sebulan lebih gabah diperoleh dari Ciamis dan Kuningan, saya keliling mencari gabah ke sana, menemui para petani secara langsung, di sana petaninya terus menanam karena ketersediaan airnya cukup, beda dengan di Majalengka hanya satu atau dua kali tanam,” ungkap Sudirto yang memasok beras ke sejumlah pengecer di Majalengka.

Menurutnya, gabah seharga Rp 700.000 per kuintal itu karena langsung dibeli dari petani, jika pembelian dilakukan dari tengkulak kemungkinan harga akan lebih mahal, dengan begitu penjualan beras ke kios pun akan naik.

Baca Juga: Melebih Kuota, Persaingan Bacaleg PKB Kabupaten Cirebon Sengit

“Kualitas gabah dari sana (Kuningan dan Ciamis) lumayan bagus hampir sama dengan Majalengka, dari 1 kuintal gabah bisa diperoleh 60 kg hingga 65 kg beras, dari tempat lain bisa hanya diperoleh 50 kg,” kata Sudirno yang di pabriknya hanya tersisa dua karung beras.

Karena sulitnya memperoleh gabah, Sudirno mengaku hanya bisa melakukan giling seminggu tiga hingga empat hari saja dengan kapasitas giling 4 ton per hari.

Hal yang sama dialami pemilik penggilingan lainnya Ian, yang juga kesulitan memperoleh gabah. Dia pun berupaya mencari gabah ke wilayah Kuningan hanya diperoleh dari tengkulak. Tak heran jika harganya lebih mahal.

“Yang penting mah dapat gabah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Kalau pelanggan distop akan sulit lagi,” ungkap Ian.

Baca Juga: Wow, Cap Go Meh di Kota Cirebon Meriah, Ribuan Warga Padati Jalan

Sudirno dan Ian mengaku, saat ini pengusaha penggilingan menangah ke bawah seolah terjepit, kalau istilah bahasa Sunda menurut Sudirno “maju jungkrang mundur wirang”. Usaha yang dilakukannya jika terus dijalani akan bertemu kesulitan yang lebih besar, namun jika berhenti usaha tidak ada pekerjaan lain.

“Pemilik penggilingan lain sudah banyak yang berhenti karena sulit gabah,” ungkap Sudirno yang menjual beras ke tingkat pengecer seharga 12.000 per kg.(

Editor: Iwan Junaedi

Tags

Terkini

Terpopuler