Gegara Sedimentasi, Kaliwedi-Gegesik Terancam Banjir

- 15 Juni 2022, 10:42 WIB
ILUSTRASI banjir.* Dok/KC
ILUSTRASI banjir.* Dok/KC

Kabar Cirebon-Online Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah I pada Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Cirebon mengungkapkan bahwa  tidak ada anggaran normalisasi saluran sekunder di wilayah Kaliwedi-Gegesik. 

Pasalnya, hingga saat ini anggaran untuk normalisasi saluran  belum tersedia. Bahkan sejak mewabahnya Covid-19 pada tahun 2020 lalu, semua anggaran terkena refocusing untuk penanganan dan pengendalian Covid-19.

Koordinator kepegawaian, UPT Wilayah I DPUTR Kabupaten Cirebon, Sapi'i, mengatakan kondisi saluran sekunder Srombyong yang saat ini memang mengalami  sedimentasi cukup tinggi. Menurutnya kondisi tersebut membuat pihaknya tidak dapat berbuat banyak dalam penanganannya. 

Bahkan sejumlah permohonan normalisasi dari beberapa pemerintah desa yang diajukan ke UPT Wilayah I DPUTR Gegesikpun, tidak ada yang bisa direalisasikan. 

Akibatnya, air yang sangat dibutuhkan para petani itu mengalami limpas di mana-mana. "Itu bukan hanya di wilayah Kecamatan Kaliwedi, di wilayah Gegesik juga sama, ingin ada normalisasi," kata Sapi'i, Selasa (14/6/2022). 

Sebagai solusinya, Sapii meminta agar pihak pemerintah desa bisa secara swadaya menyediakan anggaran untuk biaya operasional normalisasi irigasi yang melintas di wilayah masing-masing. 

Sedangkan untuk pihak UPT Wilayah I DPUTR yang akan menyiapkan eskavator atau alat berat yang digunakan untuk melakukan pengerukan sungai irigasi tersebut.  "Kalau pemerintah desa mau, ya harus ada swadaya. Silakan biaya operasionalnya dari Pemdes, kita yang menyediakan alat beratnya. Biayanya paling sekitar Rp 600.000 per hari. Yang sudah siap untuk swadaya normalisasi ini dari Desa Gegesik Kulon, Kecamatan Gegesik," ungkapnya. 

Diberitakan sebelumnya, sedimentasi  (pendangkalan) sungai irigasi yang melintas di wilayah Desa Prajawinangun Kulon-Prajawinangun Wetan Kecamatan Kaliwedi Kabupaten Cirebon sudah sangat tinggi. 

Bahkan sedimentasi sendiri  hampir menyamai tingginya tanggul. Sehingga ketika hujan datang air akan meluap dan memgakibatkan banjir di wilayah yang dialirin aliran sungai irigasi tersebut yakni Kecamatan Kaliwedi dan Gegesik.

Pantauan di lapangan untuk  kondisi sungai itu sendiri sudah menyempit dan ditumbuhi rumput dan ilalang yang menghambat arus air.  Oleh karenanya, air yang menggenangi sejumlah titik di jalan raya tersebut cukup mengganggu pengendara yang melintasinya.

Kondisi itu terjadi bahkan ketika cuaca dalam kondisi normal atau tidak turun hujan sekalipun.  Luapan air sungai tersebut, terjadi hampir setiap hari. Terlebih ketika debit air dari hulu meningkat. 

Kuwu Desa Prajawinangun Kulon, Iswadi, mengatakan, meskipun dampak luapan sungai irigasi tersebut tidak dirasakan langsung masyarakat setempat, namun air yang kerap meluap itu sudah lama dikeluhkan masyarakat. 

Pasalnya, ketika air meluap dan kondisi saluran irigasi tersier juga mengalami sedimentasi yang sama, luapan air saluran sekunder tersebut berdampak ke pemukiman warga. "Tadinya waktu kalen (saluran tersier, red)-nya belum kita lakukan normalisasi, dampaknya ya ke masyarakat karena masuk pemukiman," ujar Iswadi, Senin (13/6/2022). 

Iswandi menjelaskan meskipun sampai saat ini luapan air yang menggangu lalu lintas masih terus terjadi, namun Ia mengaku belum mengajukan permohonan normalisasi ke dinas terkait.  Menurutnya pihaknya masih berkonsentrasi mengajukan permohonan pengangkatan dua jembatan yang membentang di sungai irigasi tersebut.(Iwan/KC)

Editor: Asep Iswayanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah