Ia pun berharap hak anak akan pendidikan bisa terpenuhi. Ia mencontohkan bagaimana anaknya sendiri pernah terpental dalam list PPDB di suatu sekolah di Kecamatan Kejaksan. Padahal, menurutnya, nilai anaknya maksimal.
"Anak saya nilai matematikanya 100, bahasa 93, IPA 95. Tapi terpental. Kemudian saya speak up, ada apa ini? Lantas anak saya bisa masuk kembali ke dalam sistem PPDB dan lolos di sekolah tersebut. Pihak Disdik saat itu bilang ke saya, 'Bu yang penting kan anaknya bisa masuk sekolah itu'. Saya jawab, bukan begitu cara berpikirnya, kebenaran harus berdiri. Anak saya tidak semata ingin masuk sekolah itu. Kemudian saya berpikir, bagaimana dengan anak lainnya dari golongan orang tua yang tidak berani speak up. Saya pikir sudah saatnya di sekolah itu ada yang harus berani speak up," tuturnya.(Fanny)