Melonjaknya Harga Beras, Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan Harus Mengatur Pola Tanam Padi

- 27 Februari 2023, 08:10 WIB
Pedagang Beras di Pasar Pagi Cirebon
Pedagang Beras di Pasar Pagi Cirebon /

KABARCIREBON - Melonjaknya harga beras yang terjadi sejak memasuki awal 2023 disebabkan berbagai faktor. Terutama menurunnya produksi padi, sehingga pasokan beras di pasaran berkurang.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan, H Ahmad Juber, melalui Kepala Bidang (Kabid) Cadangan dan Distribusi Pangan, H Sanusi, Jumat (24/2/2023), mengungkapkan, kenaikan harga beras belakangan ini disebabkan oleh berbagai faktor.

Salah satunya para petani pada Januari dan Februari tidak ada yang panen, sehingga tidak ada pasokan maupun penjualan produksi padi secara besar-besaran. Sehingga di setiap pabrik penggilingan padi, sangat sedikit orang menggiling gabah.

Baca Juga: BMKG Mengeluarkan Rilis Prediksi Cuaca: Pekan Ini, di Cirebon Masih Berpotensi Diguyur Hujan Lebat

Bahkan walaupun ada, itu pun hanya untuk dikonsumsi sendiri atau tidak dijual ke pasaran.

“Namun tidak perlu khawatir, untuk menstabilisasi harga beras tidak terlampau tinggi, Pemkab Kuningan melakukan operasi pasar di setiap kecamatan. Harga jual beras medium pada operasi pasar hanya Rp 9.450 per kg sesuai dengan harga eceran terendah (HET). Kami juga setiap Senin selalu memantau perkembangan harga dalam upaya stabilisisasi pasokan harga pangan (SPHP),” tuturnya.

Menurutnya, untuk menjaga kesetabilan harga, Dinas Pertanian juga harus mengatur kembali pola tanam di sejumlah daerah penghasil gabah. Saat ini seluruh areal persawahan di Kabupaten Kuningan melakukan pola tanam secara serentak sesuai ketentuan dalam 10 jurus teknologi pertanian.

Baca Juga: Permudah Pelayanan, PDAM Tirta Jati Kabupaten Cirebon Buka di Mal Pelayanan Publik

Namun ke depan, ada di antara daerah penghasil padi pada bulan tertentu menghasilkan produksi padi, meski di daerah lainnya tidak harus sama. Sehingga saat di wilayah lain tidak ada produksi padi, namun di daerah lainnya tetap menghasilkan padi sebagai penyeimbang harga.

Halaman:

Editor: Epih Pahlapi

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x