KABARCIREBON - Beban rakyat untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari terus bertambah seiring naiknya harga di pasaran. Terbaru yakni harga gula pasir. Semula, harga gula pasir hanya Rp14.000 per kilogram, kini tembus Rp18.000 per kilogram.
Kenaikkan harga gula di pasaran memang tidak sekaligus, melainkan berangsur dengan kelipatan Rp500. Itu terjadi hampir tiap hari dan kini tembus di angka Rp18.000 per kilogram. Kondisi itu menambah biaya hidup masyarakat yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tiap hari.
Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, kenaikkan harga gula pasir di pasaran sangat tidak wajar. Biasanya, harga naik bila gula benar-benar langka di pasaran. Kelangkaan gula di pasaran dikarenakan stok gula di pabrik mengalami penurunan. Namun, ternyata yang terjadi tidak demikian.
Pantauan Kabar Cirebon, stok gula di Gudang Pabrik Gula Jatitujuh Majalengka justru menumpuk. Ini sangat aneh ketika harga gula di pasaran naik. Akibat naiknya harga gula di pasaran yang tidak terkendali membuat rekanan tidak berani mengambil DO (delevery order) ke gudang. Mereka enggan berspekulasi. Alasannya, karena harga gula di pasaran belum stabil sehingga berpotensi pada kerugian penjualan.
“Kalau gula di gudang masih banyak, masih numpuk. Tapi, tidak ada yang berani mengambil DO. Jadi gula lokal masih ditampung. Diperkirakan, baru keluar di bulan Januari 2024 mendatang. Sekarang mending ditampung di gudang daripada rugi pasaran. Harga di pasarannya tidak jelas sih,” ungkap Katijah pengusaha tebu asal Desa Sumber Kulon, Kecamatan Jatitujuh.
Harga Lelang Gula
Harga lelang gula sendiri saat panen tahun 2023 ini, menurutnya mencapai Rp 12.500 per kg dengan kondisi rendemen 7. Bagi petani, cukup menguntungkan. Hanya sayangnya, tonase tebu anjlok akibat cuaca terlalu panas sehingga batang tebu kondisinya kering.
Jika saja tonase normal seperti musim panen sebelumnya, maka petani akan lebih diuntungkan. “Tonase anjlok gara - gara kemarau panjang jadi tebu kering,” ungkap Katijah yang meyakinkan kalau produksi gula lokal di PG Jatitujuh cukup banyak.
Karena kemarau panjang, tanaman barupun hampir semua mati serta diserang tikus. Tebu yang baru berukuran 2 cm habis digerogoti tikus. Karena tanaman tebunya dimakan tikus, dia pun terpaksa harus menanam ulang sekitar 2 hektare lahan tebunya.