Narasumber lainnya, Gus Muhammad Shobbah Musthofa Aqil menjelaskan, Allah telah menciptakan manusia bermacam-macam dari jiwa yang satu. Secara akal kalau dari satu jiwa diciptakan maka semua rupanya akan sama dengan Nabi Adam. Tapi yang menjadi titik satu jiwa ini, diciptakan manusia dengan segala kompleksitasnya, dengan segala macam perbedaannya.
Dalam ilmu maqulat, kata Gus Shobbah, segala sesuatu yang eksis terbagi menjadi dua. Pertama ada yang wujud didahului ketiadaan, kemudian dia ada yang dinamakan hadits atau baru. Kedua, sesuatu yang eksis tapi tidak diadahului oleh ketiadaan atau qodim, yakni dahulu yang tidak memiliki permulaan.
“Maklhuk atau yang baru ada dua macam, pertama jauhar atau etintas substansial, yakni yang menempati ruang dan tempat. Kedua al-arod atau entitas aksidensial, yakni yang menghinggapi sesuatu yang menempati pada ruang bawah,” ungkapnya.
Jadi, menurutnya, perbedaan-perbedaan yang kompleks ini sudah diciptakan Allah sejak permulaan. Allah mengerti sampai detail diciptakannya manusia.
“Maka perbedaan itu sunnah ilahiyah,oleh karena itu perbedaan ini tidak boleh menjadi alasan untuk bertikai dan bercerai-berai,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, nilai yang paling utama dan penting dari manusia adalah jiwanya. Karena jiwa ini, lanjut dia, yang dapat mengkonfigurasi atau mengatur tubuh manusia. Artinya, kata Gus Shobbah, akal tidak bisa mengatur tubuh, tapi yang mengatur anggota tubuh adalah jiwa.
“Maka di dalam Islam, jiwa manusia ini didorong terus untuk melakukan hal-hal yang baik,” katanya.
Baca Juga: 1.001 Mahasiwa UGJ Cirebon Diwisuda, Inilah 7 Wisudawan Peraih IPK Tertinggi