Kisah Nabi Muhammad SAW Bagian 2, Ketokohan Hasyim dan Bangsa Arab di Masa Jahiliyah

- 31 Januari 2023, 10:48 WIB
Ilustrasi Mekkah tempo dulu sebelum Nabi Muhammad SAW diutus.
Ilustrasi Mekkah tempo dulu sebelum Nabi Muhammad SAW diutus. /screenshot youtube/

KABARCIREBON - Hasyim bin Abdul Manaf adalah ayah dari kakek Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.

“Wahai penduduk Mekah, aku membagikan perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, dipersilahkan pergi berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian menggantikan pergi ke Syam yang sejuk!” demikian keputusan Hasyim.

Hasyim begitu dicintai penduduk Mekah karena kepeduliannya yang sangat besar. Pada suatu musim kemarau yang ekstrem dan mencekam, Hasyim membawakan persediaan makanan dari tempat yang jauh. Padahal saat itu, mencarikan makanan amat sulit didapat.

Baca Juga: Firasat Orang Beriman Jangan Dianggap Sepele, Renungi Hadis Ini dan Simak Kisah Khalifah Umar Bin Khattab

“Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!” seru penduduk Mekah.

Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang.

Kafilah dagang datang dan pergi silih berganti. Baik pada musim panas maupun dingin. Perekonomian penduduk Mekah maju. Sampai-sampai dikatakan, tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.

Baca Juga: Ingin Hati yang Keras Jadi Lembut, Renungi Hadis Ini

Kendati demikian, masyarakat Arab diindikasikan juga mengalami kemunduran luar biasa. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai masyarakat jahiliyah.

Alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itu juga menjadikan sebab sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.

Pembagian Urusan

Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:

Hijabah: Pemegang kunci Ka’bah,
Siqayah: Penyedia air dan makanan buat para peziarah,
Rifadah: Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin,
Qiyadah : Mengatur urusan peperangan.

Baca Juga: Hadis Keutamaan Bersholawat Kepada Nabi Muhammad SAW

Percaya Takhayul

“Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!” umpat seseorang.

Orang itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri.

Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.

Baca Juga: Kisah Sufi, Dzun Nun Al-Mishri Uji Kesholehan Santri Melalui Tutup Nampan

Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul. Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka.

Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.

Baca Juga: Situasi Jazirah Arab dan Suku Badui Sebelum Nabi Muhammad SAW Diutus, Inilah Kondisinya (Kisah Nabi Bagian 1)

“Lihat cincin tembagaku ini”, kata seorang kepada temannya dengan bangga.

“Cincin ini adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia sia aku memberinya uang banyak agar membuatkan cincin ini. Jangan coba-coba menantangku berkelahi sekarang. Berkat cincin ini, aku merasa jauh lebih kuat!”.

Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung.

Baca Juga: Hadis Bencana Agama, Peringatan Buat Ahli Fikih, Pemimpin dan Mujtahid

Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala.

Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.

Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.

Baca Juga: Pertamina 30 Januari 2023 Mewajibkan 49 Kota/Kabupaten Menggunaankan Aplikasi MyPertamina, Beli BBM Subsidi

Awal Mula Penyembahan Berhala

Awal mula penyembahan berhala di Mekkah terjadi ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam.

Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka’bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.

Menjelang penaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad SAW, Ka’bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.

Gemar Mabuk dan Berjudi

Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang tidak.

Baca Juga: Kisah Sandal Nabi Muhammad SAW Dalam Peristiwa Isra Miraj

Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.

Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali berseru, “Bawakan alat alat judi kemari!”

Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut.

Baca Juga: Imam Jalaluddin As Suyuthi Lahir di Bulan Rajab, Ini Biografinya

Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.

Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu. Bahkan, setelah Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa sallam mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka meminum arak.

Sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.

Barm

Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan.

Baca Juga: Jangan Biarkan Utang Anda Menumpuk, Renungi Hadis Nabi

Orang yang mendapat kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong. Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin.

Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Diambil dari Kuliah Siroh Nabawiyah Bagian 2 Majelis Kopi Pahit Forsil Alma'ruf. (Bersambung)

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: Majelis Kopi Pahit Forsil Alma'ruf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x