Kisah Nabi Muhammad SAW Bagian 9, Pernikahan Abdullah dan Aminah

- 7 Februari 2023, 10:08 WIB
Ilustrasi pernikahan Abdullah dan Aminah, kisah Nabi Muhammad SAW bagian 9.*
Ilustrasi pernikahan Abdullah dan Aminah, kisah Nabi Muhammad SAW bagian 9.* /Kabar Cirebon/

KABARCIREBON - Sebuah riwayat menjelaskan saat Abrahah menyerang Mekkah untuk menghancurkan Ka'bah, usia Abdul Muthalib sekitar 70 tahun.

Sementara usia putranya, Abdullah sekitar 24 tahun. Ikhtiar sang ayah menikahkan putranya dengan seorang gadis bernama Aminah pun tak sia-sia.

Allah SWT sudah menentukan bahwa jodoh yang paling tepat untuk Abdullah adalah Aminah binti Wahb.

Baca Juga: Hadis Dua Perkara yang Dibenci Manusia Padahal Lebih Baik dari Fitnah dan Meringankan Hisab

Aminah adalah gadis yang paling baik keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy.

Abdullah dan Aminah pun menikah. Pada hari pernikahan Abdullah dengan Aminah, Abdul Muthalib pun menikahi sepupunya yang bernama Hala.

Dari perkawinan ini, lahirlah Hamzah, paman Rasulullah yang seusia dengan beliau.

Baca Juga: Ular Sanca Kepala Dua Lahir di Australia, Di Riau Indonesia Juga Pernah Ditemukan Amar PD

Musim semi tahun 570 Masehi pun tiba. Batang-batang gandum di Yaman tumbuh menjulang tinggi.

Dedaunan kurma di kota Tha'if kembali bersemi.

Sementara itu, padang-padang rumput dipenuhi harum bunga-bunga yang tumbuh di kebun-kebun.

Bagi penduduk Mekah, musim semi adalah tanda kebebasan dan dimulainya lagi perdagangan musim panas ke Syria.

Baca Juga: Sang Jenderal Bintang Satu Merasa Ditampar Anak Yatim

Abdullah pun berniat pergi musim ini. "Kanda, sebenarnya hatiku sangat berat melepas kepergianmu,".

"Entah mengapa hatiku diliputi kekhawatiran dan kegelisahan".

"Aku bahkan berharap dapat menemukan suatu alasan untuk menahan kepergianmu," Keluh Aminah kepada suaminya.

Abdullah tersenyum menentramkan. "Hatiku pun terasa tertinggal di sini, Dinda,".

Baca Juga: Situasi Jazirah Arab dan Suku Badui Sebelum Nabi Muhammad SAW Diutus, Inilah Kondisinya (Kisah Nabi Bagian 1)

"Aku tahu begitu besar rasa sayangmu kepadaku sehingga engkau berharap dapat terus berada di sisiku," tutur Abdullah.

"Bukan cuma itu, damai rasanya berada di sampingmu, Kanda," ujar Aminah.

Abdullah mengangguk. "Tetapi Dinda, kini di dalam perutmu ada bayi kita,".

"Kau tahu aku adalah pemuda tak berada.

Saat ini, kita hanya mempunyai lima ekor kambing perah.

imamBaca Juga: Imam Jalaluddin As Suyuthi Lahir di Bulan Rajab, Ini Biografinya

Selain itu, tak ada lagi kekayaan yang dapat menghidupi kita berdua selain sedikit kurma dan daging kering.

Karena itu, inilah saatnya bagiku untuk pergi berniaga dan menambah penghasilan kita."

Aminah terpaksa mengangguk menerima kenyataan itu.

Ia memandang kepergian Abdullah dengan sendu, seolah itu adalah detik-detik terakhir ia dapat melihat wajah suaminya.

Bersama kafilah dagang, Abdullah tiba di Gaza.

Baca Juga: Akhlak Wali, Tersenyum Meski Tangan Terjepit Pintu Mobil Hingga Bagikan Uang Miliaran ke Duafa Tanpa Sisa

Kemudian, dalam perjalanan pulang, ia singgah di Yatsrib.

Di sana, ia tinggal bersama saudara-saudara ibunya. Kepergian Abdullah meninggalkan Aminah sudah berbulan-bulan.

Namun, ketika kawan-kawannya dari Mekah hendak mengajaknya pulang, Abdullah jatuh sakit.

"Rasanya, aku takkan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-kawannya.

Baca Juga: Kisah Sufi, Dzun Nun Al-Mishri Uji Kesholehan Santri Melalui Tutup Nampan

"Kalian berangkatlah dan sampaikan pesan kepada ayahku bahwa aku jatuh sakit." Kawan-kawannya mengangguk.

"Akan kami sampaikan pesanmu. Baik-baiklah engkau di sini." Kafilah Mekah pun beranjak pulang.

Ketika tiba di rumah, mereka menyampaikan pesan Abdullah kepada Abdul Muthalib.

"Harits! " panggil Abdul Muthalib kepada putra sulungnya.

"Pergilah ke Yatsrib. Lihatlah keadaan adikmu. Jika sudah sembuh, jemputlah ia pulang". Harits pun segera berangkat.

Ketika tiba di rumah paman-pamannya di Yatsrib, yang ditemuinya adalah wajah-wajah duka.

Baca Juga: Mengenal Mbah Kuwu Cirebon, Lahir dengan Nama Walangsungsang Populer dengan Sebutan Cakrabuana

"Abdullah telah meninggal," kata mereka kepadanya,

" Mari, kami antar engkau ke pusaranya."

Harits pun menyampaikan berita sedih itu ke Mekah.

Melelehlah air mata di pipi Abdul Muthalib.

Namun, kesedihan yang paling berat dirasakan oleh Aminah.

Apalagi di saat itu ia tengah menantikan kelahiran bayinya. "Selamat jalan, Kanda," isak Aminah.

Baca Juga: Kisah Nabi Muhammad SAW Bagian 8, Kehancuran Abrahah dan Sang Gadis Melihat Sinar Kenabian di Wajah Abdullah

"Hilanglah seluruh kebahagiaan hidupku bersamamu. Kini, tinggallah aku yang hidup untuk membesarkan bayi kita."

Tidak lama lagi, bayi Aminah akan lahir. Bayi yang kelak ditakdirkan Allah menjadi orang besar yang mengubah jalannya sejarah dunia.

Peninggalan Abdullah

Saat meninggal, Abdullah meninggalkan lima ekor unta, sekelompok ternak kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kelak menjadi pengasuh Rasulullah.

Nama aslinya adalah Barokah. Ia berasal dari Habasyah.(Bersambung)

Dikutip dari Kuliah Siroh Nabawiyah Bagian 9 Majelis Kopi Pahit Alma'ruf Benda Kerep Cirebon.

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: Majelis Kopi Pahit Forsil Alma'ruf


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x