Tradisi Berebut Koin Recehan di Jalur Pantura Indramayu, Dedi Mulyadi Ajak Penyapu Jalan Naik ke Mobilnya

- 12 April 2024, 20:31 WIB
Penyapu jalan di jalur pantura Indramayu saat bertemu Kang Dedi Mulyadi.*
Penyapu jalan di jalur pantura Indramayu saat bertemu Kang Dedi Mulyadi.* /Kabar Cirebon/

KABARCIREBON - Tradisi berebut koin di jalur pantura Indramayu, menarik perhatian politik Partai Gerindra, Dedi Mulyadi. Ia pun melewati jalur pantura Kabupaten Indramayu.

Benar saja, ia dihadapkan pada tradisi masyarakat pantura Indramayu barat yang bermodalkan sapu lidik dengan gagang tongkat kayu berjejer di pinggir jalan raya. Mereka adalah para penyapu koin jalanan.

Mantan Bupati Purwakarta ini melihat langsung bagaimana warga bertaruh nyawa demi mengumpulkan uang koin atau recehan.

Baca Juga: Dua Hari Usai Lebaran 2024, Ribuan Kendaraan Mulai Lintasi Jalur Pantura Cirebon

Tradisi ini berlangsung di sepanjang Pantura Indramayu mulai dari Kecamatan Kandanghaur hingga Sukra di perbatasan dengan Subang.

KDM turut melempar sejumlah koin yang langsung jadi rebutan warga saat melintasi pantura. Beberapa warga mengejar mobil KDM yang tidak henti melempar koin ke arah pinggir jalan.

Tak lama KDM pun keluar dari mobil. Ia berbincang dengan sejumlah penyapu koin. Ternyata mereka sehari-hari memiliki pekerjaan sebagai buruh tani.

Baca Juga: Mudik Lebaran, 2,8 Juta Kendaraan Lintasi Tol Astra Infra

“Karena belum mulai pekerjaan di sawahnya jadi terpaksa ke sini, mumpun hari lebaran juga. Musiman saja, setahun sekali,” ucap salah seorang penyapu koin.

Menurutnya, pendapatan dari berburu koin dalam satu hari bisa mencapai Rp 50-100 ribu per orang. Namun jumlah tersebut sangat sedikit dibanding dengan lebaran tahun-tahun lalu.

Penyebabnya, semakin banyak orang yang menjadi penyapu koin bahkan dari luar daerah pun turut datang mencari peruntungan. Tak hanya itu kini Pantura tak seramai dulu karena sudah ada Tol Cipali.

Baca Juga: Peran Komunitas Pecinta KA dalam Membantu Pelayanan KAI pada Masa Angkutan Lebaran 2024

Ajak Penyapu Jalan Naik ke Mobil

Di tempat lainnya KDM bertemu penyapu jalanan bernama Raniti. Ia memintanya untuk naik ke mobil menceritakan pengalamannya selama menjadi penyapu koin.

“Kalau yang kecelakaan sih sering, setiap tahun banyak. Kalau saya selalu hati-hati, kalau terlalu tengah uangnya saya biarkan takut ketabrak, mungkin bukan rezeki saya,” ujar ibu yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani itu.

Baca Juga: Kunjungi CSB Mall, Pj Wali Kota Minta Pengolahan Limbah Dievaluasi

“Kemarin kan sempat ditertibkan sampai dikejar-kejar, diambil sapu-sapunya. Sekarang selama lebaran belum ada penertiban lagi,” katanya.

Sebelum turun dari mobil KDM meminta Raniti untuk melemparkan uang koin yang ia dapat sebelumnya kepada para penyapu. Uang tersebut pun kemudian diganti dengan jumlah yang lebih besar.

KDM menilai tradisi yang bermula dari tolak bala itu sangat membahayakan. Namun hal tersebut telah menjadi kebiasaan sehingga meski berulang kali ditertibkan terus muncul.

Baca Juga: Tiga Tragedi Kecelakaan yang Menewaskan 23 Korban Jiwa: Mulai Tragedi CSB Mall, Km 58-Bus Rosalia

“Ini tradisi yang mengerikan juga. Tapi sekarang agak mending karena ada tol jadi relatif kendaraan lebih landai tidak seperti dulu lagi,” ujar KDM.

Hingga kini ada dua versi yang diungkapkan para penyapu koin terkait asal tradisi tersebut. Versi pertama menyebutkan legenda melempar koin di Jembatan Lewo untuk menghindari hal buruk.

Konon jembatan tersebut menyimpan kisah mistis kembar Saedah dan Saini yang menjelma menjadi buaya putih dan pohon bambu.

Baca Juga: PDIP akan Condong ke H. Acep Purnama atau H.M. Ridho Suganda untuk Jadi Calon Bupati Kuningan?

Versi kedua adalah kecelakaan bus di sekitar lokasi yang menewaskan puluhan transmigran asal Boyolali yang akan berangkat ke Sumatera Barat pada tahun 1974 silam. Para korban tewas dimakamkan di sekitar lokasi dan masih sering dikunjungi oleh keluarganya.

Setiap keluarga berziarah memiliki kebiasaan melemparkan koin di Pantura yang menjadi lokasi kecelakaan. Tujuan mereka sebagai tolak bala. Dari situlah setiap tahun muncul warga yang berebut koin dengan membawa sapu.*

Editor: Muhammad Alif Santosa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah