Mewujudkan Potensi Kreatifitas Siswa

- 6 Juni 2022, 15:25 WIB
Atin Apririyanti
Atin Apririyanti

Oleh: Atin Apririyanti
Guru SDN 2 Gembongan Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon

Malas belajar adalah sebuah fenomena buruk dilihat dari keinginan mewujudkan masyarakat belajar. Namun demikian, fenomena malas belajar sangat mungkin disebabkan oleh unsur-unsur seperti situasi yang tidak kompetitif, tidak ada fasilitas yang memadai, dan lingkungan yang tidak mendukung.

SISI kreatifitas manusia menjadi barang yang mahal dan sangat penting dalam menentukan komunitas masyarakat kelak. Berarti, sumbangan peserta didik untuk pendidikan akan menjadi sejarah dari seluruh langkah manusia dan gerak-geriknya dalam konstruksi sosial.  Realitasnya, pendidikan di Indonesia seakan menjadi instrumen untuk kepentingan kapital. Kekuatan modal, kekuasaan selalu menjadi akses dalam pendidikan. Di sisi lain, pendidikan seolah menjadi alat untuk proyek formal dan kebutuhan sesaat.   Untuk meminimalisir permasalahan tersebut, diperlukan sistem pendidikan yang berpijak berbasis keadilan, memberikan kesempatan berbagai perbedaan tanpa memandang etnis, adat, agama, kemampuan ekonomi dan status sosial.  Pada dasarnya, pendidikan harus memiliki karakter nilai yang sama, yaitu proporsional. Hal ini meniscayakan adanya upaya untuk terjadinya proses ideal dalam perilaku dan pengembangan ide kemanusiaan dalam berbagai aspek dunia pendidikan.  Konsep dasar pendidikan yang meniscayakan adanya apresiasi terhadap keadilan dan hak asasi manusia seperti yang dikutip dalam buku Masyarakat Belajar karya Torsten Husein adalah, pertama, semua komponen masyarakat memiliki kesempatan sama untuk mengenyam pendidikan yang berkualitas.   Kedua, sistem pembiayaan pendidikan tidak hanya berdasarkan kebutuhan operasional, namun turut memikirkan nasib kaum miskin yang tidak mampu untuk membiayai anaknya melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, baik di lembaga sekolah negeri ataupun swasta. 

Pendidikan berkeadilan
Ketiga, kurikulum berdasarkan hasil pembacaan potret kebutuhan masyarakat yang riil. Adanya keberagaman adat, sistem sosial, agama, organisasi sebaiknya dijadikan salah satu pertimbangan penting dalam perumusan kebijakan.
Dengan harapan, pendidikan tidak hanya menjadi aset kaum elite dalam lingkungan sosial-budaya. Keempat, dalam proses pembelajaran hendaknya memegang pendekatan yang dapat membangkitkan semangat kreatif dari peserta didik.
Pendidikan berkeadilan seharusnya menjadi pilihan awal bagi semua civitas pendidik. Dalam peradaban ini, ide keadilan sangat dijadikan sandaran. Dengan demikian pendidikan yang memiliki keberpihakan terhadap kaum lemah, termarjinalkan dan kaum minoritas dapat berperan besar dalam pengembangan masyarakat melalui berbagai pendekatan.
Sudarman Danim dalam bukunya, Menjadi Komunitas Pembelajar, memberikan gambaran alternatif pendekatan-pendekatan yang bisa ditempuh.
Pertama, pendekatan logikal, dimana peserta didik diarahkan untuk dapat mengidentifikasi kategori-kategori logis sebagai sebuah premis menentukan konklusi dan membuat argumen atasnya.
Kedua, pendekatan pemecahan masalah, dimana peserta didik dihadapkan pada hipotesis yang harus mereka pecahkan dengan prosedur kerja secara kritis. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan diawali oleh merasakan adanya masalah, mendefinisikan masalah, menggali data atau informasi yang membentuk masalah, melakukan sortir atas data atau informasi, menentukan alternatif pemecahan, memilih alternatif terbaik dan melakukan aksi riil untuk memecahkan masalah tersebut.

Variasi keahlian
Ketiga, pendekatan keterampilan yang menekankan pada kemampuan menganalisis, mengklasifikasi atau menggolong-golongkan dan mensintesiskan atau menarik benang merah atas aneka fenomena yang muncul.
Menganalisis merupakan usaha untuk menelaah sebuah sistem atau fenomena sosial secara rinci, hingga ditemukan subsistem atau unsur-unsur yang dibangunnya. Malas belajar adalah sebuah fenomena buruk dilihat dari keinginan mewujudkan masyarakat belajar.
Namun demikian, fenomena malas belajar sangat mungkin disebabkan oleh unsur-unsur seperti situasi yang tidak kompetitif, tidak ada fasilitas yang memadai, lingkungan yang tidak mendukung, dan sebagainya.
Keempat, pendekatan pemerosesan informasi. dalam pendekatan ini, peserta didik dihadapkan pada ide-ide besar untuk selanjutnya mereka analisis secara detail.
Pendekatan di atas, merupakan upaya untuk tumbuhnya multi potensi dan variasi keahlian. Kerangka pikir ini berpijak pada tesis bahwa setiap orang memiliki kecenderungan dan karakter dasar yang beragam.
Diharapkan peserta didik mampu mengembangkan potensi dan kreatifitasnya untuk kepentingan transformasi sosial-budaya yang berawal dari penghargaan terhadap nilai asasinya sebagai manusia berbudaya. Wallahu a’lam.***

Editor: Alif Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah