Antre

- 7 Agustus 2022, 19:15 WIB
Prof Dr H ABDUL ROZAK
Prof Dr H ABDUL ROZAK

Oleh: Abdul Rozak
Guru Besar pada Fakultas Pendidikan dan Sains UGJ Cirebon

SELAMA satu bulan ini, Anna Sabandina menerima undangan pernikahan lebih dari dua buah. Dia sangat senang menghadapi kondisi ini. Dia berupaya menghadiri undangan dari siapa pun, karena kewajiban sesama muslim.

“Jika salah seorang di antara kalian diundang walimah, maka hadirilah.” (HR. Bukhari no. 5173 dan Muslim no. 1429). Memeroleh undangan adalah kehormatan. Tidak sembarang orang mendapatkan kesempatan berjabatan langsung dengan keluarga mempelai. Banyak timbangan penentuan undangan.

Oleh karena itu, Anna Sabandina berupaya untuk memenuhinya. Kehormatan, pengakuan yang tidak boleh disia-siakan, tidak boleh disepelekan.
Undangan pernikahan selalu membawa kebahagian. Bahagia mengucapkan doa bagi mempelai, bagi keluarga mempelai. Bahagia bertemu dengan banyak teman-teman yang sekian lama tidak bertemu karena berbagai kesibukan dan juga karena pandemik.

Banyak peluang mengobrol pada saat menghadiri undangan. Minggu yang lalu, Anna menghadiri undangan teman yang menikahkan anaknya. Anna datang bada zuhur dengan berbagai timbangan, terutama ketenangan karena telah salat zuhur. Para penerima tamu, pada saat Anna mengisi buku tamu, memberitahukan bahwa di dalam penuh, banyak tamu.

Anna terus berjalan menuju lokasi resepsi. Memang ruang penuh. Anna senang menemukan kondisi ini. Terlalu lama tidak akrab dengan kondisi desakan (Allahumma mudahkan kami menjaga kondisi sehat ini). Pada umumnya para undangan akan datang pada waktu antara 12.00 – 13.00.

Salah satu kenikmatan menghadiri undangan pernikahan adalah mengucapkan selamat kepada kedua mempelai dan kepada kedua orang tua mereka. Wajah-wajah mereka selalu tersenyum. Anna belum pernah melihat wajah keruh keluarga mempelai. Segala hal yang berhubungan dengan pernikahan selalu ditata dengan keceriaan.

Inilah hari kebahagian bagi semuanya yang hadir dalam kebersamaan dengan cara bergantian. Tentu saja membuat kondisi seperti ini memerlukan pikiran, kerja, dan dana yang tidak sedikit. Sesungguhnya bisa juga dengan kesederhanaan. Akan tetapi, pada umumya keluarga mempelai ingin berbuat yang terbaik.

Mereka berupaya menyiapkan dengan dana yang maksimal agar dapat membahagiakan calon pengantin, menyambut kehadiran para tamu dengan hormat dan bahagia. Berapa dana yang harus dikeluarkan, sangat relatif. Berapa dana yang dikeluarkan harus diniatkan sedekah, diniatkan ingin berbagi kebahagian.

Tidak perlu mengada-ada, cukup seadanya. Sederhana memang sulit, memerlukan perjuangan. Obatnya adalah percaya diri, yakin terhadap apa yang diputuskan sesuai dengan tuntutan Allah.

Pada undangan pernikahan selalu dituliskan mengharapkan doa untuk kedua mempelai. Semua tamu hadir dengan niat utama untuk mendoakan kebahagiaan kedua mempelai. Mengucapkan doa sambil berjabatan tangan memerlukan perjuangan.

Anna dan istri (Anna berupaya selalu dengan istri menghadiri undangan pernikahan ) masuk wilayah resepsi pernikahan. Dia masuk barisan. Dia tidak menghitung berapa orang yang sedang berbaris. Begitu banyak dan bergerak pelan-pelan. Inilah keasyikan proses mengucapkan doa untuk mempelai.

Anna melirik kanan-kiri, mencari teman. Dia melihat beberapa teman di depan. Dia bersapa dengan sesama undangan yang dekat. Dia mengobrol sambil menunggu pergerakan. Barisan itu terkadang cepat, terkadang lama. Para undangan tidak ada yang mengeluh, berdiam lama, bergerak sebentar.

Pemberhentian lama karena ada tamu khusus (VIP) yang masuk tanpa antre. Mereka diantar penerima tamu khusus. Memang tidak banyak tamu khusus ini, tetapi tidak sedikit.

Kegiatan yang banyak “menggangu” antrean adalah berfoto. Pemangku hajat telah menyusun daftar kegiatan foto untuk para tamu khusus dan keluarga. Para tamu khusus selalu diminta berfoto bersama mempelai.

Di samping itu, kelaurga pemangku hajat, teman-teman kedua mempelai juga menjadi bagian yang memperlambat gerak antrean menuju panggung pelaminan. Sekali lagi kami, para undangan tidak pernah merasa teralangi. Kami bersenang-senang, berbahagia.

Anna selalu menyediakan waktu khusus untuk menghadiri undangan. Dia yakin bahwa menghadiri undangan pernikahan memerlukan waktu lama, tidak bisa terburu-buru. Kondisi hajatan memang disiapkan untuk membetahkan para tamu. Para tamu telah terbiasa menemukan kondisi kondisi resepsi.

Selepas antre mengucapkan selamat, berjabatan tangan. Semua aktivitas itu didasarkan pada kebahagiaan. Anna masuk antreaan selanjutnya, memilih makanan.

Banyak pilihan disediakan oleh pemangku hajat; ada makanan utama yang beragam, ada makanan ringan, ada minuman yang juga beragam. Semua ditata dengan baik, berbeda dengan makanan rumah, apa adanya.

Di tempat resepsi disiapkan dengan segala upaya. Benar-benar pemangku hajat berupaya untuk mendeskripsikan kebahagiannya.

Anna berkeliling mencari makanan khas. Dia tahu letaknya dengan melihat antrean panjang. Dia antre dengan kebahagian sambil mengobrol dengan teman-teman. Anna melihat lagi lagi wajah-wajah yang ikhlas mengantre.

Pada saat makan pun terjadilah lagi mengobrol.
Anna membayangkan betapa indah apabila kondisi pengantre berwajah ikhlas itu terjadi pada antrean pengendara lalu lintas.

Kita merindukan kesenyapan dalam berkendaraan, tidak sering membunyikan klakson. Banyak pengandara bermotor memberitahukan ketidaksabarannya melalui klakson. Baru saja lampu hijau menyala klakson dibunyikan, jalan teralangi membunyikan klason.

Mereka yang berbuat seperti itu lupa bahwa jalan itu milik bersama. Begitu juga Anna merindukan para pengantre di tempat lain; rumah sakit, bank, tempat wisata, pembagian sedekah, dan sebagainya.

Alangkah indah jika antrean sepanjang apa pun tidak ada korban. Anna prihatin membaca berita bahwa terdapat korban pada antrean pertandingan bola, pertunjukkan musik, pembagian sedekah.

Keikhlasan akan memudahkan orang lain melaksanakan kegiatan dengan mudah dan memudahkan orang lain, Insya Allah dapat pahala.

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda, “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat,".

"Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat".

"Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat".

"Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).***

Editor: Alif Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah