Sejarah Awal Penggunaan Kata Imlek

5 Januari 2023, 15:37 WIB
Tradisi Imlek /Kkday

KABARCIREBON - Tahukah Anda awal mula kata Imlek digunakan? Kala itu, masyarakat Tionghoa diselimuti musim dingin berkepanjangan hingga tidak bisa bercocok tanam.

Lalu, musim dingin itu pun berakhir berganti musim semi. Musim semi membawa harapan besar masyarakat Tionghoa untuk kembali bercocok tanam.

Hari pergantian musim dingin menjadi musim semi itu mereka rayakan dengan sebutan Imlek.

Baca Juga: Menciptakan Inovasi Tanpa Membebankan APBD

Jadi, kata Imlek sendiri digunakan untuk awal hari musim semi yang dirayakan oleh leluhur Tionghoa di China.

Secara tradisional, Imlek merupakan waktu untuk melakukan penghormatan kepada keluarga, dewa surgawi, serta leluhur.

Imlek sendiri berasal dari frasa atau kata "Yin-li,". Dalam bahasa Mandarin secara harfiah berarti Kalender Bulan atau Candrakala atau Lunar atau Kamariah. 

Baca Juga: Pendapatan Perumda AU Mencapai Rp 3,4 Miliar

Namun, pada kenyataannya, Imlek yang dikenal sekarang merupakan kalender Lunisolar (Surya - Candrakala, Syamsi - Kamariah) karena harus menyesuaikan hari Imlek dengan jatuhnya musim.

Budayawan Tionghoa Jeremy Huang Wijaya, mengungkap akar kata Imlek yang dirayakan seiap musim semi tiba oleh etnis China di seluruh dunia.

Untuk tahun 2023 yang merupakan Shio Kelinci Air, Tahun Baru atau Hari Raya Imlek akan jatuh pada hari Minggu, 22 Januari 2023, merupakan tahun ke 2574.

Baca Juga: Tujuh Fakta Unik Kecoa, Bisa Hidup Tanpa Kepala hingga Mati Karena Posisi Terbalik

Awalnya, kalender Imlek mengacu pada peredaran semu tahunan matahari atau Suryakala/Solar/Syamsiah. 

"Bagi masyarakat China pada putaran satu tahun terdapat lima fase sesuai jumlah unsur Wu Xing. Lima unsur itu meliputi kayu, api, tanah, logam dan air," tutur Suhu Jeremy.

Setiap fase tersebut berumur 72 hari lalu dibagi kembali menjadi dua bulan berumur 36 hari. Sehingga, pada satu tahun akan mengandung 10 bulan dan 360 hari.

Baca Juga: Buka Jendela Hotel, Ini Rahasia Dibalik SBY Lukis Gunung Ciremai

"Kalender Imlek dalam sejarahnya mengalami perubahan dari masa ke masa," tutur Suhu Jeremy.

Seiring waktu, terjadi perubahan zona waktu dari waktu tolok Shanghai (UT+8.05.43) ke waktu Tolok Tiongkok (UT+8) sejak tahun 1901.

Hal ini kemudian mempengaruhi perhitungan 24 chi dan fase bulan baru dalam perhitungan penentuan tahun baru atau Hari Raya Imlek.

Baca Juga: Ratusan PPK Dilantik, KPU Majalengka Nyatakan Siap Tempur Sukseskan Pemilu 2024

Pada tahun 1949, Tiongkok (China) akhirnya menerapkan waktu musim panas atau daylight saving time dengan menambahkan 1 jam saat musim semi dan musim panas, menjadi UT+9.

Lalu mengembalikan waktu ke semula saat musim gugur dan musim dingin, menjadi UT+8. Sepanjang tahun 1949 - 1985, Tiongkok tidak menetapkan waktu musim panas.

Lalu, pada tahun 1985 - 1991, Tiongkok menerapkan kembali sistem waktu musim panas. Selanjutnya, Tiongkok menghapus waktu musim panas sejak tahun 1992.***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Tags

Terkini

Terpopuler