“Waktu itu Pak Kepala menantang para siswa untuk menciptakan sebuah karya fenomenal, yang katanya walaupun berada di kampungnn, warga yang kebanyakan petani dan sekolah baru namun pikirannya harus lebih maju. Itu menunjukkan bahwa orang kampung tidak kampungan, namun harus serba bisa,” ungkap Arif.
Menjawab tantangan tersebut ada sejumlah siswa yang memiliki talenta tinggi terhadap otomotif, di antaranya Diandi Saputra yang kini telah bekerja di PT Tempo Grup, Anggi, Derizal serta Jafar Sidik dan tiga teman lainnya dibimbing sejumlah guru pembimbing, yakni Arif Rahman Halim, Jeje Jaenal Arifin, Dian Herdiansyah, Candrawata dan Hanif yang memiliki disiplin ilmu yang berbeda berupaya membimbing para siswa untuk membuat sebuah kendaraan listrik.
“Ketika itu lagi ramai-ramainya mobil listrik, sehingga diciptakan mobil listrik. Tidak sempurna memang karena dikejar waktu ingin mengikuti pameran, jadi kendaraan dibuat secara maraton oleh para siswa, ada beberapa barang yang dibeli dari luar, motor listrik dari Jogya, kontroler juga dari luar hingga mencari ke Semarang. Kalau badan kendaraan full dibuat sendiri, demikian juga dengan rangka dan sebagainya,” beber Arif.
Butuh waktu
Maklum pembuatan mobil tersebut hanya dalam waktu dua bulan, sementara pembuatan badan mobil butuh waktu lama, terutama mencetak badan mobil yang terbuat dari fiber dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi dan lama. Pembuatan diawali mendisain, disain rangka dengan menggunakan tripleks, kemudian mencetak fiberglas yang dicetak di ruang laboratorium otomotif.