Selain masjid Quba, para jemaah sekilas diperlihatkan dengan sejarah tentang masjid Qiblataian. Masjid Qiblatain ini merupakan saksi dari perpindahan kiblat salat umat Islam. Sebelumnya masjid ini diberina bernama Masjid Bani Salamah. Kemudian, sekitar bulan Rajab tahun ke dua Hijriyah, Nabi Muhammad mendapat wahyu untuk memindahkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram.
Kala itu, Nabi Muhammad sedang salat menghadap Baitul Maqdis di Yerusalem. Tetapi, Allah menurunkan wahyu yang menjawab doanya selama ini. Perintah terekam dalam surat Al-Baqarah ayat 144 itu memerintahkan Nabi Muhammad berpaling ke Masjidil Haram, Makkah. Ketika wahyu itu turun, Rasulullah sedang melaksanakan salat dua rakaat.
Setelah perintah itu turun, Rasulullah mengubah posisi kiblatnya dengan memutar 180 derajat ke arah kiblat baru. Para jemaah segera mengikuti perpindahan arah kiblat itu. Jejak penanda kiblat lama itu masih terekam di Masjid Qiblatain. Itu dapat terlihat pada penanda arah kiblat lama yang terletak di bagian atas pintu masuk yang sejajar dengan kiblat baru.
"Masjid ini menjadi saksi perpindahaan arah kiblat umat Islam," kata Faizal masih dalam rangkaian ziarah.
Setelah berkunjung ke Masjid Qibltaian, melanjutkan perjalanan ke Jabal (Gunung) Uhud. Lokasinya berada di sebelah kota Madinah atau berjarak 4,5 kilometer dari pusat kota. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 1.050 meter, dengan panjangnya 7 km. Gunung ini terdiri dari batu-batuan granit, marmer merah dan batu-batu mulia.