"Imlek di Kabupaten Kuningan dirayakan oleh semua warga keturunan Tionghoa sehingga tidak memilah-milah agama," tuturnya.
Warga keturunan Tionghoa, Suryono Yanuar (60 tahun), membenarkan. Bahwa setiap tahun termasuk tahun 2023, pihak klenteng melakukan bakti sosial (baksos) dengan mendermakan sebagian harta untuk dibagikan terhadap warga kurang mampu.
Sedangkan kegiatan pada pelaksanaan hari H-nya, para keturunan Tionghoa biasanya saling memberikan hormat dengan mengepal kedua tangan. Tangan kanan yang melambangkan seorang ibu, didekap tangan kiri melambangkan ayah.
Hormat tersebut mengandung arti, seorang istri dilindungi suami, si lemah dilindungi si kuat, kakak melindungi adik. Atau intinya, selaku manusia harus ingat jadi diri dan asalnya dari mana.
"Meski imlek identik dengan angpau (amplop merah) tapi tidak menjadi keharusan. Biasanya pemberian tersebut dilakukan oleh orangtua pada anaknya atau dari keluarga mampu ke kurang mampu," tuturnya. (Iyan Irwandi/KC)***