Duh Kasihan, Kakak Beradik di Majalengka Telantar, Diasuh Kakek Penderita Stroke

- 16 Mei 2023, 19:15 WIB
KEPALA Desa Kalapadua, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka,Nanang sedang menemui  Alyamin (80 tahun)  serta kedua cucunya Amelia Putri  (12 tahun) dan Aulia (7 tahun), yang selama ini tinggal bertiga setelah kedua orang tua anak tersebut bercerai dan meninggalkan mereka.*
KEPALA Desa Kalapadua, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka,Nanang sedang menemui Alyamin (80 tahun) serta kedua cucunya Amelia Putri (12 tahun) dan Aulia (7 tahun), yang selama ini tinggal bertiga setelah kedua orang tua anak tersebut bercerai dan meninggalkan mereka.* /Kabar Cirebon/ Tati/

KABARCIREBON- Dua anak kakak beradik Amelia Putri  (12 tahun) dan Aulia (7 tahun), yang ditinggal pergi kedua orang tuanya karena perceraian dan telah menikah lagi, kini keduanya terpaksa tinggal bersama kakenya Alyamin. Alyamin sendiri sudah renta serta menderita stroke. Ia tingga di rumah yang nyaris ambruk di Desa Kalapadua, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka.

Amelia dan Aulia berharap kedua orang tuanya bisa bersatu, ibunya bisa kembali merawatnya dan berkumpul bersama. “Saya ingin mamah, bareng lagi, berkumpul bersama,” ungkap Amelia sambil tersedu, Selasa (16/5/2023).

Menurut keterangan Kepala Desa Kalapadua, Nanang, kedua anak tersebut kini seolah telantar, karena kedua orang tuanya tidak ada dan tidak mengurusnya. Ibunya di Pekanbaru sedangkan ayahnya telah menikah lagi di Cibitung dan tidak pernah pulang menjenguk anak dan orang tuanya.

Baca Juga: Dapat Mandat Partai, Wagub Jabar ‘Nyaleg’ di Dapil Jabar VIII

Dulu kedua anak ini tinggal bersama kedua orang tuanya di Pekanbaru, namun di tahun 2019 orang tuanya berpisah, ayah kedua anak, Adeng, pulang ke kampong halamannya di Kalapadua, sedangkan ibunya tetap di Pekanbaru karena berasal dari sana.

Pada awal perceraian, Amelia dan Aulia tinggal bersama ibunya di Pekanbaru, namun katanya mereka tidak terawat sehingga dijemput oleh Adeng untuk tinggal bersama di Kalapadua. Belakangan Adeng pun menikah lagi dengan wanita lain dan kini tidak pernah menghubungi kedua anaknya. Perawatan dan seluruh kebutuhan hidup dibebankan kepada Alyamin (80 tahun) yang sudah tidak mampu berbuat apa-apa karena menderita sakit.

“Untuk makan sehari-hari mereka diberikan warga dan familinya. Pak Alyamin punya tiga anak namun semua jauh, dua di Bekasi dan satu di Cikijing, untuk bisa berjalan saja dia kini dibantu oleh Amel cucunya,” ungkap Kepala Desa.

Baca Juga: Megawati Banjir Pujian, Terungkap Ikut Sumbang Emas di SEA Games 2023 Kamboja

Karena kondisi ekonominya yang kurang serta tidak mampu bekerja, kini kondisi rumah Alyamin pun nyaris ambruk, dinding bilik rumahnya sudah banyak yang berlubang, kayunya mulai lapuk, bagian atapnya juga sudah memprihatinkan.

Nanang mengaku sudah berulang kali menawarkan untuk memperbaiki rumah Alyamin melalui rutilahu, namun selalu menolak karena tidak sanggup menyelesaikan pembangunan. Rutilahu tetap harus ada biaya tambahan, karena dana yang diterima hanya Rp 20.000.000, sementara kondisi rumah nyaris hancur.

“Ketika ditawari rutilahu, dia tak pernah menjawab, selain sulit bicara juga karena mungkin tidak memiliki anggaran untuk menyelesaikan pembangunan rumah. Jangankan untuk menambah pembangunan rumah, untuk makan saja mereka sulit. Karena dana rutilahu kan hanya Rp 20.000.000, kami di desa juga kalau pemiliknya tidak sanggup khawatir tidak selesai,” ungkap Nanang.

Namun demikian menurutnya, untuk bantuan sosial  seperti BPNT dan PKH, Alyamin rutin menerima dan bantuannya kini dipergunakan bertiga bersama cucunya.

Baca Juga: Kemenag Teguhkan Kemandirian Pesantren Lewat Program Inkubasi

“Bagaimana caranya agar anak-anak ini tidak telantar, bisa sekolah, mendapatkan haknya sebagai anak-anak. Sekarang usia SD harus merawat kakeknya yang sakit,  beruntung keduanya bisa diterima di sekolah karena saat datang tidak memabawa dokumen,” katanya

Kepala desa juga mengaku kini pihaknya tengah mengupayakan bantuan PIP untuk Amelia dan Aulia. Hanya kini terkendala oleh status kependudukan keduanya yang masih berstatus warga Pekanbaru.

“Saya dan kepala sekolah tempat Amel dan Aulia belajar sudah berusaha memproses PIP, tapi ternyata Amel sudah tercatat mendapat PIP di Pekanbaru, sehingga ketika diajukan sulit karena terbentur administrasi. Ibunya sudah sangat lama juga lost kontak,” ungkap Nanang.

Dia juga mengaku telah menghubungi ayah kedua anak yang kebetulan keberadaannya mulai terlacak untuk meminta agar bisa merawat kedua anaknya. Selain itu, akan melakukan komunikasi dengan Dnas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mencari solusi agar Adeng bisa  pindah status kependudukan. Dengan begitu akan memudahkan pemerintah desa untuk mengajukan bantuan sosial kepada Pemerintah.***

Editor: Iwan Junaedi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah