JAKARTA--Tokoh nasional pegiat anti radikalisme dan intoleransi mengaku prihatin dengan kondisi yang terjadi sekarang ini. Menurutnya, situasi politik menuju pesta demokrasi 2024 cukup mencemaskan.
"Harus ada rekonsiliasi nasional dari berbagai kelompok yang ada sekarang ini," ujar Haidar Alwi kepada media, Rabu 26 Juli 2023.
Haidar Alwi melukiskan situasi yang berkembang saat ini justru menghancurkan narasi 2024 sebagai pesta demokrasi yang nyaman dinikmati oleh masyarakat. Bahkan, katanya, berpotensi bisa mengulang apa yang terjadi menjelang Pilpres 2019.
Tokoh-tokoh politik saling bully. Itu kerap terjadi di berbagai platform media sosial. Hal yang sama dikhawatirkan menjelang Pemilu Legislatif (Pileg) atau Pilkada serentak nanti.
Haidar Alwi mencontohkan apa yang terjadi pada Pilkada DKI Jakarta yang berhasil melengserkan Gubernur Inkumben dengan segala cara, termasuk politisasi agama.
Kini, suasana itu kembali memanas dengan saling membully sesama pendukung bakal calon presiden. Mulai dengan cara memviralkan video sekelompok remaja yang berjalan memakai kaos bertuliskan "Orang baik tidak pilih penculik", hingga menyerang dengan narasi yang menstigmakan suka film porno atau bokep.
Itulah fenomena yang tengah terjadi saat ini, yang membuat Haidar Alwi merasa harus angkat bicara.
"Perseteruan ini tak bisa ditutupi, dan jelas sekali. Hal ini jangan berlanjut terlalu lama, karena ada yang harus kita ingat bahwa ada kelompok yang pada saat pilkada DKI 2017 lalu, membuat sebuah perjanjian kerjasama dengan kelompok garis keras ekstrim radikal. Dan junjungannya saat ini menjadi capres," papar Haidar Alwi.
"Jika situasi terus berlanjut maka bukan tidak mungkin, kelompok garis keras yang pada 2017 lalu memainkan politisasi agama atau issu SARA, bisa saja memenangkan pertarungan politik pada pemilu 2024 yang akan berlangsung dalam hitungan bulan," Haidar Alwi kembali mengingatkan.
Haidar Alwi mengaku tidak habis pikir, mengapa harus saling membully dengan narasi-narasi yang tidak produktif untuk kemajuan bangsa ?
"Kenapa tidak rekonsiliasi untuk bersama-sama melawan kelompok estrim radikal, yang masih ada dan berpotensi menjadi ancaman bagi keutuhan NKRI?" Haidar Alwi mempertanyakan.***