Network
KABARCIREBON-Pondok Pesantren Kebon Kelapa al-Ma'rifah Cirebon menjadi saksi keajaiban berkah dari kegiatan Dzikir dan Manakiban yang diadakan secara rutin (istiqomah). Selain memberikan keberkahan kepada para tamu yang hadir, para santri yang menimba ilmu pun di pesantren tersebut merasakan dampak yang luar biasa.
Khususnya, dalam menghafal kitab kitab ilmu alat (Nahwu Sharaf) di pondok untuk memahami dan membaca kitab kuning dalam waktu singkat. Misalnya ada santri yang mampu menghafal kitab Jurumiyah hanya dalam 1 hari.
Lalu ada juga yang menguasai kitab Imriti dalam waktu 1 minggu, dan luar biasanya ada yang menghafal Alfiyah hanya dalam 20 hari. Lebih dari itu, ternyata ada santri tingkat Fathul Qorib, yang mampu menghafal makna kitab dalam beberapa minggu saja.
Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al Qur’an dan juga Dewan Penasehat Pondok Pesantren Dar Al Tauhid, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, KH Ahsin Sakho Muhammad, memberikan apresiasi atas keberhasilan para santri pondok Al-Marifah yang mampu menghapal ilmu alat dalam waktu singkat.
Maka dari itu, pakar ilmu Al-Qur'an yang juga Doktor lulusan Universitas di Madinah dengan predikat cumlaude ini mengusulkan kepada Pengasuh Pondok Pesantren Al-Marifah agar jangan hanya menggulirkan program cara cepat menghafalkan Al-Qur'an di ponpest yang dipimpinnya. Namun harus juga memahami isi dalam kitab kitab karangan ulama salaf.
"Kita melihat di banyak pesantren, ada santri yang hanya fokus menghafal dan mempelajari kitab kuning saja, namun tidak hafal Al-Qur'an. Sebaliknya, di pesantren khusus tahfidz, banyak juga yang hafal Al-Qur'an namun tidak mengerti kitab kuning,"ujarnya.
Kondisi ini, kata dia, menyebabkan banyak orang yang menafsirkan Al-Qur'an tanpa dasar ilmu adabiyah yang memadai. "Ini tantangan besar bagi kita semua, namun di Pesantren Al Marifah itu luar biasa, lengkap program ada penghapal Al Qur'an dan penghapal kitab kuning," ujar Dr. K.H. Ahsin Sakho Muhammad saat hadir pada kegiatan Dzikir dan Manaqib di Pesantren Al-Marifah.
Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren al-Ma'rifah, KH. Syamsul Ma'arif menambahkan, pondok pesantren yang dipimpinnya berkomitmen untuk melahirkan dan mencetak para santri, bukan hanya mampu menghapal Al-Qur'an, namun juga mampu membaca dan memahami kitab kitab kuning.
"Kami berusaha selalu mengintegrasikan antara hapalan AlQuran dan kitab kuning. Kami ingin para santri tidak hanya hafal Al-Qur'an, namun juga mahir dalam ilmu alat yang diperlukan untuk memahami Al-Qur'an dengan benar,"katanya.
"Ini adalah misi besar kami, dan kami percaya bahwa dengan niat yang tulus dan usaha yang keras, kami bisa mencapainya,"tambahnya.
Selain itu pula, salah satu upaya untuk mewujudkan itu, lanjut Kiai Syamsul, para santri bukan hanya diwajibkan mengaji, namun para santrinya pun diikutsertakan dalam bermunajat ke Allah Swt, untum mencari ridho Allah berkah para wali.
"Program Dzikir dan Manakiban bukan hanya sekadar ritual semata, tapi ini menjadi sarana penting untuk meningkatkan spiritualitas dan kecerdasan para santri. Kami percaya bahwa dengan keberkahan yang Allah berikan melalui Dzikir dan Manakiban, para santri dapat menghafal dengan cepat dan memahami ilmu dengan mendalam,"paparnya.***
