Maka, daerah dimana Baba Chong An membuka dagangannya di bawah pohon jamblang itulah dikenal dengan nama jamblang, hingga akhirnya kemudian nama itu dijadikan sebagai daerah Jamblang.
Karena barang dagangannya laku, akhirnya Baba Chong An memutuskan untuk menetap dan membangun tempat tinggal di daerah Jamblang. Sehingga, daerah itu dinamai Desa Jamblang.
Lama kelamaan, semakin banyak pribumi dan orang China yang menetap di Jamblang. Ketika berdagang, Baba Chong An tidak sendiri, ia ditemani oleh seorang putrinya bernama Liong Sie Tin dan ia ikut menetap bersama ayahnya.
Baca Juga: BPK Temukan Rp 32,4 Miliar Belum Dibayarkan Kontraktor Atas Sejumlah Proyek di Kota Cirebon
Baba Chong An selain seorang pedagang ia pun seorang pengagung kelenteng. Maka dari itu, hasil dagangannya ia pakai sebagian untuk membeli sebidang tanah dan membangun sebuah kelenteng.
Ia membangun sebuah kelenteng bermaksud agar dapat bersembahyang, baik untuk dirinya sendiri dan masyarakat setempat yang sebangsa dan seagama dengan dia.
Baba Chong An hidup semasa dengan Sunan Gunung Jati, sebab dikisahkan bahwa Putri Baba Chong An yang bernama Liong Sie Tin menikah dengan seorang murid Sunan Gunung jati yaitu Raden Banjar Pantoman.
Dikisahkan juga pendirian klenteng di Jamblang sudah mendapatkan restu dari Sunan Gunung Jati. Sementara bahan bangunan atau kayu klenteng tersebut merupakan sumbangan dari Raden Banjar Pantoman.