Inilah Resep Menghasilkan Karya Jurnalistik Berkualitas Versi Wartawan Senior

- 8 Januari 2023, 22:12 WIB
SERIKAT Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK) mengunjungi kantor Harian Umum Kabar Cirebon, Senin (22/2/2021).* Fanny/KC
SERIKAT Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK) mengunjungi kantor Harian Umum Kabar Cirebon, Senin (22/2/2021).* Fanny/KC /

"Hmmm... enak nih nasi liwetnya. Terasa pisan sambelnya, "cuplikan obrolan itu terekam sebelum dimulainya diskusi santai, seputar dunia wartawan yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Majalengka, di kantor PWI setempat.

Namun suasana menjadi hening, saat narasumber mulai mengurai kondisi wartawan yang sudah melenceng jauh dari norma dan aturan yang berlaku. Julukan wartawan sebagai ratu dunia yang dinyanyikan grup qasidah nasida ria, hanya sebatas kenangan.

Masalah itu terungkap karena para pemburu berita sudah mulai mengabaikan kode etik jurnalistik, dan terjebak pada pola hidup pragmatis. Hal itu pun dipertegas wartawan senior Kompas, Windoro dan pengamat media massa Kabupaten Majalengka, Hasan Ma'arif yang menjadi narasumber pada pertemuan tersebut.

Baca Juga: Sindiran Prabowo Soal Kader Tak Setia Diduga Mengarah ke Sandiaga Uno

Para peserta yang merupakan perwakilan media cetak, elektronik, radio, online menyambutnya dengan sangat antusias. Mereka begitu khusu menyimak setiap pemaparan dari kedua pemateri yang sudah banyak makan asam garam di dunia jurnalistik tersebut.

Ketika berdiskusi para peserta saling bergiliran mempertanyakan problematika wartawan. Menurut Hasan Ma'arif, kondisi insan pers saat ini dalam menyajikan berita sudah berbeda jauh, jika dibandingkan dengan wartawan tempo dulu.

Banyak wartawan yang mulai mengesampingkan bahkan menabrak aturan yang tertuang dalam UU Pers Nomor 40 tahun 1999 dan kode etik jurnalistik.

"Saya harapkan teman teman wartawan dalam menulis berita konflik, wajib hukumnya berimbang atau cover both side. Jika tidak, itu akan sangat berbahaya jika persoalan ini diseret sampai ke dewan pers, "kata mantan pemimpin redaksi di salah satu surat kabar lokal di Cirebon.

Baca Juga: Keren, Anak-anak Ini Bisa Hitung Cepat Sampai Angka Ribuan Hanya dengan Jari Tangan

Selain itu, sambung mantan redaktur pelaksana Mitra Dialog (kini HU Kabar Cirebon) ini, wartawan dalam merangkai berita jangan hanya berkutat pada penulisan berita straight news atau lebih populer dengan rumus 5W+1H. Karena hal itu lumrah ditemukan. Tapi harus diubah dengan pola penulisan berita mendalam (indepth report) dan sajikan pula berita dalam bentuk feature.

"Berita feature itu penting ditulis, untuk menyajikan berita yang lebih humanis dan menghibur,"katanya

Sedangkan untuk meningkatkan wawasan pengetahuan dan memperbanyak pembendaharaan kosa kata, setiap wartawan wajib hukumnya banyak membaca buku sastra atau novel. Intinya jangan malas membaca, perbanyak literasi.

"Dari rutinitas membaca itu akan banyak melahirkan pengetahuan baru, tentang beragam hal. Salah satunya belajar dan melihat gaya seseorang ketika menuliskan pemikirannya melalui tulisan, "imbuhnya.

Baca Juga: Tahun Baru, Ajang Pelajar Menata Diri Sambut Era Society 5.0

Gagasan serupa diungkapkan wartawan kompas yang sudah melakukan peliputan di dalam dan luar negeri. Pak De, biasa disapa, sendiri sudah malang melintang di dunia tulis menulis selama kurang lebih 25 tahun lamanya.

Menurut dia, pengalaman penulisan berita mendalam yang paling berkesan ketika dirinya melakukan peliputan di Italia. Ketika dirinya memanfaatkan waktu yang terbatas dengan membuat laporan berita lebih dari 30 tulisan.

"Strategi saya sebelum berangkat ke Italia, membaca semua literatur kehidupan di sana dan membuat rangkumannya. Baru langkah selanjutnya, mendeskripsikan suasana dan memadukan rangkuman dengan fakta di lapangan, "kata wartawan Kompas liputan Ciayumajakuning ini.

Baca Juga: Tahun Baru, Ajang Pelajar Menata Diri Sambut Era Society 5.0

Disamping itu, agar karya jurnalistik berkualitas harus disertai data yang akurat dan menyoroti setiap persoalan dari beragam sudut pandang. Seperti aspek ekonomi, budaya, sosial, hukum, antropologi, dll, Narasumbernya minimal tiga dan harus memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Ini penting, agar narasumber ketika mengutarakan statementnya dapat memberikan pencerahan, edukasi dan menambah wawasan pembaca.

"Jika penulisan ini menjadi agenda rutin, selain memberikan pencerahan kepada pembaca, maka wartawan itu akan menjadi cerdas, otaknya tidak bebel, karena setiap hari otaknya selalu diasah untuk selalu berpikir,"tegasnya.

Baca Juga: Vokalis Band Metal Dibacok, Adik Anggota TNI Terlibat, Kapolres Majalengka dan Danramil Beri Penjelasan

Dia mengaku, dalam menyajikan berita mendalam memiliki jurus 12 tapak naga. Isinya baik dari puisi, panorama, kutipan, pepatah, dll. Semuanya itu harus mampu menggambarkan suasana dan mencari lead yang menarik dan mampu memikat pembaca.

"Menulis itu tidak hanya membutuhkan logika, tapi harus mampu membangkitkan emosi. Sehingga dalam rumus kompas itu keras dalam prinsip, lemah lembut dalam menyampaikan, "tuturnya.

Dia menambahkan, saat ini kondisi wartawan di kota dan daerah sangat berbeda, terutama tingkat kesejahteraannya. Namun begitu, menyarankan agar wartawan tetap menjaga harga diri dan marwahnya dalam menghadapi kondisi tersebut.

Baca Juga: Akhlak Wali, Tersenyum Meski Tangan Terjepit Pintu Mobil Hingga Bagikan Uang Miliaran ke Duafa Tanpa Sisa

"Kalau saya usulkan, lebih baik wartawan itu membuat jasa pembuatan buku. Itu selain berkelas dalam mencari tambahan finansial, juga tidak lari dari profesi kita yang latar belakangnya menulis, "ucapnya.

Kritis dan Skeptis

Ketua PWI Kabupaten Majalengka Jejep Falahul Alam Periode 2015-2021 menambahkan, tulisan yang bagus itu ditandai dengan penyajian berita yang membuat pembaca menikmati setiap kalimat demi kalimat.

Misalnya, jika kita membaca cerita "panas". Lalu kita hanyut terbawa suasana hingga ada kontraksi, itu contoh tulisan yang bagus. Karena dapat mempengaruhi dan menyulut emosi pembaca.

Baca Juga: Akhlak Wali, Tersenyum Meski Tangan Terjepit Pintu Mobil Hingga Bagikan Uang Miliaran ke Duafa Tanpa Sisa

"Kalau dalam konteks kebijakan pemerintah, berita yang hebat itu mampu mengubah kebijakan. Atau kalau sekarang, berita yang kita buat mampu populer atau viral," tegasnya.

Wartawan juga dalam membuat karya jurnalistiknya, lanjut jejep harus bersikap kritis dan skeptis terhadap peristiwa yang terjadi. Jangan hanya sekedar melihat peristiwa dari satu sisi. Tapi harus komprehensif.

Apalagi hanya sekadar menerima rilis berita. Tanpa dirombak total sama sekali. Itu sama dengan berita advetorial alias iklan.

Baca Juga: Situ Cipanten, Wisata Air Bening Dihiasi Aneka Bunga

"Jurnalis itu bukan humas suatu lembaga, harus memperkaya karyanya dengan khasanah keilmuan yang memberikan edukasi dan manfaat bagi pembacanya,"ucap wartawan yang pernah merengkuh gelar juara I lomba menulis berita tingkat Kabupaten Majalengka ini.

Selain itu, para wartawan harus memperbanyak diskusi dan kajian dalam menyikapi setiap isu atau kebijakan yang mencuat kepermukaan. Melalui adu gagasan itu akan menambah nutrisi bahan tulisan yang akan dibuat nanti. Apalagi dalam diskusi itu melibatkan narasumber yang mumpuni di bidangnya.

"Diskusi itu tidak harus formal, cukup di warung kopi, yang penting kan esensi diskusinya itu, bukan tempatnya,"ucapnya.

Penutup, Jejep berharap pada pertemuan ini digagas dengan tujuan membangun tali silaturrahmi sekaligus mengingatkan kembali akan tugas mulia seorang wartawan. Karena pada faktanya saat ini banyak para kuli tinta yang sudah keluar jalur dari tujuan utamanya.

Baca Juga: Kombes Yulius Nyabu di Hotel Bareng Wanita, Dulu Pernah Jabat Dirpolair Polda Papua

"Diskusi santai ini diharapkan sebagai kawah candradimuka, hingga mampu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan cakrawala berpikir wartawan yang semakin luas. Dan alhamdulilah berdasarkan pengakuan para wartawan yang hadir pada acara, mengaku bahwa diskusi sangat berkualitas dan mencerdaskan, "tutupnya.

Berita di atas merupakan arsip tulisan beberapa tahun yang lalu, dan sengaja diangkat kembali, karena dinilai masih relevan dan memberikan inspirasi bagi para jurnalis junior atau konten kreator, yang tengah menekuni dunia tulis menulis atau bidang jurnalistik.***

Editor: Jejep Falahul Alam

Sumber: Liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x