Jangan Panik, Inilah Penjelasan Kepala BMKG Soal Suhu Panas di Indonesia, Ternyata...

25 April 2023, 12:56 WIB
Kepala BMKG Dwikorta Karnati menjelaskan fenomena cuaca panas atau hawa panas di Indonesia.*** /Kabar Cirebon/Antara/Instagram BMKG/

KABARCIREBON - Pemanasan global menyebabkan suhu panas di Indonesia tak biasa. Tapi masyarakat Indonesia diimbau jangan panik meski dalam peta dunia, wilayah Indonesia terlihat masuk kategori warna merah. BMKG memberikan penjelasan lengkap soal cuaca panas ini.

Masyarakat beranggapan, hawa panas atau cuaca panas yang dirasakan sejak sepekan terakhir, diakibatkan oleh pengaruh gelombang panas (heatwave).

Tapi benarkah hawa panas atau cuaca panas yang dirasakan di Indonesia akibat dampak dari gelombang panas atau heatwave yang tengah menerjang sebagian besar negara di Benua Asia?

Baca Juga: Tsunami Gelombang Panas Landa Asia Termasuk Indonesia, Suhu Capai 51,2 Derajat Celsius, BMKG Ungkap 2 Hal Ini

Penjelasan Kepala BMKG

Kepala Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorta Karnati mengungkapkan fenomena cuaca panas atau hawa panas yang dirasakan masyarakat Indonesia di atas rata-rata normalnya dalam sepekan ini.

Dwikorta menjelaskan, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam dengan karakteristik fenomena maupun indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk kategori gelombang panas.

Baca Juga: Kendaraan Padat Merayap tapi Lancar, Kadishub Kuningan: Kemacetan Ini Akibat Arus Balik dan ke Obyek Wisata

"Suhu panas atau hawa panas yang dirasakan masyarakat di Indonesia dalam sepekan terakhir tidak memenuhi kriteria atau kondisi-kondisi fenomena gelombang panas atau heatwave yang tengah menerjang sebagian besar negara di Benus Asia,"tutur Dwikorta.

Secara karakteristik, suhu panas di Indonesia merupakan fenomena dampak gerak semu matahari yang merupakan siklus biasa, rutin terjadi tiap tahun.

"Gerak semu matahari ini rutin tiap tahun terjadi di Indonesia. Potensi suhu udara panas seperti ini berulang pada periode sama setiap tahunnya,"tutur Dwikorta, Selasa, 25 April 2023.

Baca Juga: Tersangka Pembunuhan Janda Tua adalah Mahasiswa Uniku, Rektor: Kita Menghormati Proses Hukum yang Berjalan

Dilihat secara indikator statistik suhu kejadian, lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2°C melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat hanya terjadi satu hari tepatnya pada tanggal 17 April 2023.

"Suhu tinggi tersebut sudah turun lagi. Kini suhu maksimum teramati berada dalam kisaran 34 hingga 36°C di beberapa lokasi," tutur Dwikorta.

Baca Juga: H. Enay Surnayo Habis Masa Jabatannya, Lowongan Menjadi Ketua KONI Siap Diperebutkan

Variasi suhu maksimum 34°C - 36°C untuk wilayah Indonesia, masih dalam kisaran normal klimatologi dibanding tahun- tahun sebelumnya.

Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, bulan April-Mei-Juni adalah bulan-bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober-November.

Dwikorta juga menjelaskan keterkaitan Gelombang Panas (heat wave) dengan radiasi ultraviolet (UV) pada sinar matahari.

Baca Juga: Kabar Lebaran: Jaringan Indosat 100% Terintegrasi Berhasil Menjangkau Pelanggan Hingga Ke-Kampung Halamannya

Besar kecilnya radiasi UV mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 ke atas (Extreme).

Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagi hari, mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high”, sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00 s.d. 15:00 waktu setempat.

"Radiasi UV akan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari,"tutur Dwikorta.

Baca Juga: Hari Ke-Tiga Lebaran Idul Fitri, Sejumlah Jalur Objek Wisata di Kuningan Mengalami Kemacetan

Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.

Tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena Gelombang Panas.

Baca Juga: Hari Ini, One Way Ganjil Genap Arus Balik Lebaran 2023 Diberlakukan Mulai Tol Kalikangkung, Perhatikan Jamnya

Faktor cuaca lainnya seperti berkurangnya tutupan awan dan kelembapan udara dapat memberikan kontribusi lebih terhadap nilai indeks UV.

Untuk lokasi dengan kondisi umum cuacanya diprakirakan cerah-berawan pada pagi sampai dengan siang hari dapat berpotensi menyebabkan indeks UV pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari.

"Masyarakat disarankan tidak perlu panik menyikapi informasi UV harian tersebut,"tutur Dwikorta.

Baca Juga: Suhu Panas Tak Biasa Landa Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan Panas, BMKG Ungkap 5 Penyebabnya

Masyarakat diminta mengikuti dan melaksanakan himbauan respon bersesuaian yang dapat dilakukan untuk masing- masing kategori index UV, seperti menggunakan perangkat pelindung atau tabir surya apabila melakukan aktifitas di luar ruangan.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG memberikan layanan informasi cuaca dan iklim 24 jam, yaitu melalui:

• Website https://www.bmkg.go.id;
• Follow media sosial @infoBMKG;
• Aplikasi iOS dan android "Info BMKG";
• Call center BMKG (196);
• Atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Dapatkan Artikel Terbaru dan Terpopuler Kabar Cirebon di Google News.***

Editor: Muhammad Alif Santosa

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler