Unjuk Rasa Dengan Rasa

- 26 April 2020, 16:19 WIB
Feri Febriana
Feri Febriana

Oleh Feri Febriana

(Kader HMI Komisariat Fatahillah UMC Cabang Cirebon)

KEBENARAN atas dasar kesesuaian akan diserukan dan disuarakan, teriak di mana-mana dalam satu kelompok massa yang memperjuangkan kebenaran menurut perspektifnya, mengkaji untuk bergerak,  menggali penuh semangat. Bergerak ketika melihat titik kemungkaran, dan beraksi jika hak manusia diselewengkan, mulai dari aspek sosial, politik maupun keagamaan, bahkan urusan perkuliahan. Negosiasi dan turun ke jalan merupakan tantangan namun juga terkadang menjadi pantangan. Ini yang dapat saya deskripsikan mengenai rasa- rasa unjuk rasa. 

Keidentikan pelaku kegiatan ini biasanya menjurus pada mahasiswa. Satu golongan yang sedang mempersiapkan dan membekali dirinya untuk menghadapi dan menerima tanggung jawab sebagai pemimpin dan aktor teatrikal bangsa, secara dewasa dan paham sepenuhnya. Membangun bangsa dengan naskah yang seperti apa, baik buruknya tergantung darinya. Oleh sebab itu, tidak aneh jika mereka memiliki pemikiran pemikiran yang kritis, radikal dan kreatif terhadap apa pun yang dianggap tidak sesuai dengan idealismenya. 

Mahasiswa dan unjuk rasa, apakah merupakan keabsahan yang akan terus eksis? Demonstrasi dalam hal ini menjadi suatu istilah yang umum jika disandingkan dengan mahasiswa pada sebagian pergerakannya. Terutama dalam menyuarakan aspirasi berisi tuntutan dan kritikan. Tentang kebijakan-kebijakan ataupun perlakuan yang sekiranya mereka anggap sebagai satu bentuk kedzaliman. Unjuk rasa adalah bagian dari demokrasi, dan oposisi merupakan jantung dari kelangsungan hidupnya. Sorak-sorai untuk memperbaiki kebijakan dalam hal kebajikan. Namun, yang terjadi mengapa stigma negatif selalu melekat pada sebagian besar aktivitasnya? Bahkan juga melekat  pada sekelompok pelakunya, meski mereka telah mengatasnamakan kebaikan untuk kebijakan yang bajik.

Halaman:

Editor: Dodi Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah