Jelang Pulang, Jemaah Haji Laksanakan Thawaf Wada

- 21 Juli 2022, 21:38 WIB
 JUTAAN umat Islam tengah melaksanakan shalat wajib di depan kakbah yang merupakan kiblat umat muslim di dunia.* Jejep/KC
JUTAAN umat Islam tengah melaksanakan shalat wajib di depan kakbah yang merupakan kiblat umat muslim di dunia.* Jejep/KC

Laporan Wartawan Kabar Cirebon- Jejep Falahul Alam

MENUTUP rangkaian pelaksanaan ibadah haji 1443 H/2022 M, saat ini para jemaah haji asal Majalengka tengah melaksanakan thawaf wada di Masjidil Haram. Ini wajib dilakukan bagi jemaah karena masuk dalam wajib haji. Sepertihalnya miqot, bermalam di Muzdalifah, di Mina, melempar jumroh, dan tahalul. Barang siapa yang meninggalkan satu dari kewajiban haji maka jemaah harus menggantinya dengan membayar fidyah.

Tawaf wada sendiri merupakan thawaf perpisahan dengan cara mengelilingi Kakbah oleh jemaah haji atau umroh sebelum meninggalkan Makkah. Thawaf wada juga merupakan penghormatan terakhir pada Masjidil Haram. Sehingga ini amalan ibadah terakhir bagi orang yang menjalankan haji sebelum ia meninggalkan Makkah, tidak ada lagi amalan setelah itu.

Ketika jemaah sudah melaksanakan thawaf wada, jemaah tidak boleh lagi tinggal lama di Makkah. Jika ia tinggal lama setelah, thowaf wadanya wajib diulangi. Termasuk jika jemaah itu keluar ke kota Makkah. Ada pun jika diamnya hanya sebentar seperti karena menunggu rombongan, membeli makanan atau ada kebutuhan lainnya, maka tidaklah masalah. Sedangkan bagi penduduk Makkah tidak ada kewajiban thawaf wada.

Tim Pembimbing Ibadah Haji (TPIHI) Kloter 11 JKS asal Majalengka KH Faizal Pikri menuturkan, dalam Islam kita mengenal berbagai macam tawaf, yaitu tawaf qudum, tawaf ifadhah, tawaf sunah, tawaf tahiyyat, tawaf nazar, dan tawaf wada. Masing-masing tawaf ini memiliki tuntunannya masing-masing karena dilakukan pada waktu yang berbeda-beda. Meski begitu, semua jenis tawaf termasuk tawaf wada sama-sama dilakukan di Masjidil Haram.

Sedangkan pengertian thawaf wada ini merupakan bagian dari wajib haji, sehingga yang meninggalkanya bisa terkena dam isaah (menyembelih kambing). Terkecuali bagi wanita yang sedang haid atau nifas, dan itu tidak ada waktu menunggu sampai haid berakhir.

"Tawaf wada merupakan tawaf yang dilakukan dalam urutan terakhir yang dilakukan pada saat jemaah melaksanakan haji. Tawaf ini hukumnya wajib karena bagi jemaah haji yang tidak bisa melakukannya diharuskan membayar dam atau denda dengan menyembelih kambing," tukasnya.

Mengenai adab dan ketentuan dalam melaksanakan thawaf wada, lanjut dia, harus bersih dari hadast besar dan kecil. Kemudian mengelilingi Kakbah tujuh kali putaran berawal dari hajar aswad dan berakhir di hajar aswad. Saat thawaf wada tidak dilanjut salat sunnah mutlak, tidak melakukan sa'i. Selain itu jemaah yang usai melaksankan thawaf wada tidak keluar Masjidil Haram dengan cara berjalan mundur atau menunduk.

"Usai melaksanakan thawaf jemaah tidak diperkenankan hadir di lingkungan Masjidil Haram kecuali ada urusan yang sangat mendesak dan penting," ucapnya.

Beberapa perwakilan jemaah haji asal Majalengka yang telah melaksanakan thawaf wada berharap ke depan dapat panggilan kembali dari Allah untuk melaksanakan ibadah haji atau umroh. Karena Tanah Suci ini selain tempat melimpahnya ganjaran amal ibadah, hidup di sini terasa berkah, aman, damai dan tentram.

"Alhamdulilah saya barusan melaksanakan thawaf wada. Saya merasa sedih sudah berpisah lagi di Tanah Suci. Waktu yang diberikan selama 40 hari itu ternyata terasa singkat, ketika beribadah di Makkah dan Madinah ini," ujar H Teni.

Dirinya maupun jemaah lainnya sangat berharap bisa kembali ke Tanah Suci ini. Dan tentunya ini dialami jemaah lainnya, bahwa beribadah di sini penuh dengan keberkahaan dan mudah mudahan ini dapat menjadi catatan amal ibadah untuk bekal di akherat kelat. "Saya sudah berkeliling ke berbagai obyek wisata, atau tempat lain, tidak ada yang seindah di Tanah Suci. Kesannya akan selalu dikenang sepanjang hidup saya," ucap salah satu ketua regu di rombongan satu ini.

Pihaknya mengaku bersyukur pada pelaksanaan ibadah haji tahun ini, panitia telah sukses dan telah berupaya memberikan pelayanan yang terbaik kepada para jemaah. Kalaupun ada kekurangan dalam setiap kegiatan yang digelar itu merupakan hal yang biasa terjadi. Ibaratnya tidak ada gading yang tak retak, pasti ada kekurangan dan kelebihan.  

"Saya memang baru pertama kali ibadah haji ini, tapi berdasarkan cerita dan informasi dari jemaah haji sebelumnya, kalau sekarang fasilitas maupun pelayanan bagi jemaah jauh lebih baik. Hal itu ditandai dengan makan sebanyak tiga kali, penambahan sarana dan prasana selama puncak ibadah haji di Arofah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Termasuk kinerja petugas haji Kloter 11 JKS Majalengka sudah lebih baik dan maksimal kepada jemaah," paparnya.

Selain itu, lanjut dia, pelayanan akomodasi, transportasi dan konsumsinya begitu luar biasa. Di mana setiap hari dikasih makan tiga kali untuk pagi, siang dan malam. "Pelayanan kesehatan juga sangat responsif dalam menangani para jemaah yang perlu bantuan, terutama pada jemaah risiko tinggi," tuturnya.

Senada dengan yang lainya, pengakuan serupa diungkapkan Ketua Rombongan 3, H Lili Sururi Asyifie. Menurut pria asal Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka ini, mengaku tingkat kepuasan jemaah haji saat ini sudah lebih baik. Terlebih keterlibatan semua pihak di dalamnya membuat ibadah haji ini semakin berkesan di jemaah.*** 

Editor: Ajay Kabar Cirebon


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah