Wajah Buram Sepakbola

- 3 Oktober 2022, 13:43 WIB

Oleh: Miqdad Husein

Kerusuhan sepakbola yang dimulai dari kekecewaan pendukung seperti terjadi di Kanjuruhan, Malang, bukan hal aneh di negeri ini. Komedian Abdur, yang menceritakan pertandingan sepakbola di daerahnya baru berhenti ketika terjadi baku hantam, bukan setelah 2 x 45, pas sekali menggambarkan carut marut sepakbola nasional. Ya kisruh, baku hantam antar penonton bahkan antar pemain, wasit dipukul, merupakan kejadian yang mudah ditemukan. Belum lagi soal mafia judi, wasit dan pemain.

Bagaimana di negara lain? Ada, tapi jarang seperti di negeri ini. Perbedaan lainnya, ada tindakan hukum sangat berat kepada siapapun yang melanggar aturan. Ingat kasus pengaturan skor di Italy? Tim sekaliber Juventus dan AC Milan pun tak bisa bebas dari sanksi hukum.

Sudah jadi rahasia umum di negara yang maju sepakbolanya semua berjalan profesional. Sepakbola menjadi industri. Semua tertib, ketat, harus mentaati aturan yang terwujud -untuk di lapangan- ketaatan pada keputusan wasit.

Pemain boleh protes dan harus diwakili kapten tim. Saat protes jangan sekali-kali menyentuh wasit. Protespun tak boleh berlebihan kalau tak ingin dapat 'kartu' dari wasit. Siapapun saat di lapangan diperlakukan sama. Ya pemain bernilai seratus ribu dollar, puluhan juta dollar diperlakukan sama di lapangan.

Halaman:

Editor: Fani Kabar Cirebon


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x