Tidak Semua Orang Tahu, Ternyata yang Mempopulerkan Jamu Tradisonal, itu Awalnya dari Cirebon

23 Januari 2023, 02:23 WIB
Cara Mudah Membuat Jamu Tradisional untuk Menjaga Daya Tahan Tubuh/pixabay /

KABARCIREBON - Tidak semua orang tahu jika yang mempopulerkan bisnis jamu tradisonal awalnya itu berasal dari Cirebon.

Di mana, pada tahun 1911 merupakan awal mula Cirebon dilanda wabah penyakit tipes yang menyebar hampir ke sejumlah pelosoknya.

Kehidupan masyarakatnya, ditambah dengan pola hidup kumuh, tidak higienis berpengaruh terhadap penyebaran wabah tipes yang semakin masif.

Baca Juga: Seorang Ibu Tewas Tertimbun Longsor, Indra: Sandal Anaknya Ketinggalan

Sejarawan Tionghoa Jeremy Huang Wijaya mengungkapkan, berdasar koran yang terbit pada saat itu, yakni Koran Het Nieuws, Van Den Dag Voor Nederlandsch Indie, yang terbit pada 10 februari 1913.

Pada lembaran ke -2 menuliskan wabah tipes To-Cheribon mulai terjadi pada bulan April 1911.

"Berita itu lalu menyebar ke-seluruh Hindia Belanda yang membaca koran ini. Cirebon dilanda wabah tipes selama 2 tahun berturut-turut," ungkap Jeremy Huang Wijaya.

Baca Juga: Cap Go Meh di Tiongkok Mengharukan, Hari Perayaan Lampion di Antara Senyum dan Tangis

Tidak hanya di Cirebon, menurut Jeremy Huang, wabah tipes juga menyebar ke daerah Kuningan, Majalengka, Indramayu, Cikampek hingga Brebes Jawa Tengah (Jateng).

"Dari wabah yang mula menyebar awal April 1911 ini, baru berakhir pada April 1933," kata Jeremy Huang.

Selain penyakit tipes, pada masa itu ada juga wabah malaria di Cirebon yang terditeksi muncul sekitar tahun 1903 - 1930.

Baca Juga: Fenomena Banjir Rob, 17-19 Januari 2023 Terjadi Saat Jarak Terdekat Bulan ke Bumi

Pada saat ini, Pemerintah Kolenial Hindia Belanda melakukan kerja paksa membuat bendungan sungai di Kali Bacin, Jalan Merdeka dan Pengapon Cirebon.

"Kali Bacin berfungsi sebagai daerah resepan air sebelum dibuang ke laut. Koran Bintang Tjirebon pada12 Mei 1914 memberitakan wabah malaria yang melanda Cirebon, karena lingkungannya yang kotor dan tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah Hindia Belanda," ungkap Jeremy Huang.

Tak hanya Koran Bintang Tjirebon, Koran Bataviaasch juga pada tahun 1915 turut memberitakan wabah penyakit tersebut, dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak terawat, dipenuhi sampah dan kumuh.

Baca Juga: Curi Motor di 17 Lokasi, Residivis Indramayu Nekat Melawan Polisi, Timah Panas Pun Bersarang di Kaki

"Maka dari awal itulah warga mulai banyak membaca kitab-kitab klasik warisan nenek moyang mereka mengenai bagaimana caranya meracik ramuan herbal untuk menyembuhkan berbagai penyakit,"

"Dari cara-cara ini, dinilai lebih efektif untuk menurunkan, salah satunya penyebaran tipes," papar Jeremy Huang.

Warga Tionghoa yang berdomisili di Cirebon mulai berbisnis bahan jamu tradisonal, seperti temu lawak, kunyit, sambiloto, temu ireng, cengkeh, kapol, brotowali, secang, kayu manis, adis, jintan hitam, pulosari, jahe dan lainnya.

Baca Juga: Pria Rambut Gondrong Edarkan Tramadol HCL 1.996 Tablet di SPBU Patrol

"Meski awalnya mereka hanya bereksperimen membuat ramuan untuk keluarganya sendiri yang sedang sakit. Namun, karena dari hasilnya dapat menyebuhka penyakitnya, akhirnya mereka menjual ramuan tersebut kepada masyarakat," katanya.

Pada sekitar tahun 1913 di beberapa daerah, seperti di Pasar Pagi, Siliwangi, Kranggetas, Pandesan, Pasukuetan, Winaon, Lemah Wungkuk hingga Pakriangan, mulai bermunculan toko-toko jamu warga Tionghoa.

Pada beberapa daerah tersebut, ada Jamu Ny Idep Pasar Pagi Cirebon yang didirikan Artin dan Kwee Kwan Soen, Jamu Otik di Karanggetas yang sekarang Helia Foto.

Baca Juga: Tahun Kelinci Air, Toto: Doa Warga Tionghoa Memohon Kesehatan, Keselamatan, Panjang Umur dan Banyak Rejeki

Jamu Ny So di daerah Pandesan, Jamu Cap Naga, Jamu Santosa, Jamu Kurnia, Jamu Baban Ceot Adi di Pekiringan.

"Namun, sayang saat ini hanya ada 4 penjual jamu tradisnonal yang masih bertahan. Baik anak-anaknya, maupun cucu-cucunya tidak ada lagi yang mau meneruskan usaha jamu mereka yang telah dirintisnya sejak lama ini," papar Jeremy Huang.***

 

 

Editor: Epih Pahlapi

Tags

Terkini

Terpopuler