Syekh Sayid Faqih Ibrahim Pendiri Pondok Pesantren Pertama di Majalengka & Keturunan Menjadi Bupati Cianjur

- 27 Januari 2023, 20:59 WIB
Syekh Faqih Ibrahim seorang wali pendiri pesantren tertua di Majalengka. Saat ini Almagfurlah di makamkan di Blok Cipager Desa Cimeong Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka.
Syekh Faqih Ibrahim seorang wali pendiri pesantren tertua di Majalengka. Saat ini Almagfurlah di makamkan di Blok Cipager Desa Cimeong Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka. /

KABARCIREBON-Penyebaran agama Islam di berbagai daerah di tanah air terjadi sekitar abad ke-13. Hal itu ditandai dengan muncul beragam kerajaan yang bercorak Islam. Penyebaran sendiri dilakukan baik oleh para pedagang, mubaliq, golongan sufi hingga para wali dari generasi ke genarasi.

Ternyata di Majalengka pun terjadi pada abad ke-15. Syiar Islam dilakukan oleh Syekh Faqih Ibrahim seorang wali pendiri pesantren tertua di Majalengka. Almagfurlah sendiri di makamkan di Blok Cipager Desa Cimeong Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka.

Menurut Ketua MUI Kabupaten Majalengka KH Anwar Sulaiman yang merupakan keturunan langsung Sunan Cipager. Dia menjelaskan, kehadiran Syekh Faqih Ibrahim tidak terlepas dari silsilah Kerajaan Talaga Manggung.

Baca Juga: Bandara Kertajati Majalengka Dilirik Investor India, Berencana Bangun Bandara Terbaik di Dunia.

"Syeikh Faqih sendiri seorang wali penyebar agama Islam di wilayah Majalengka pada abad 15 Masehi,"katanya.

Pada saat itu di Majalengka sendiri terdapat tiga kerajaan bercorak Hindu dan Budha. Terdiri dari Kerajaan Sindangkasih dipimpin Nyi Rambut Kasih, Kerajaan Rajagaluh dipimpin Prabu Cakraningrat dan Kerajaan Talaga Manggung dipimpin Prabu Pucuk Umum atau Raden Rangga Mantri. "Kalau Prabu Pucuk Umum sendiri merupakan cicit Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja,"katanya.

Menurut dia, putra sulung dari Prabu Pucuk Umum dari Ratu Sunyalarang yakni Sunan Wanaperih. Ia menjadi Raja di Kerajaan Talaga Manggung pada tahun 1553-1556 Masehi. Kemudian mendirikan pesantren tertua di Majalengka. Ia memindahkan ke ibu kota Kerajaan Talaga, dari Sangiang ke Wanaperih yang termasuk wilayah Desa Kagok saat ini.

Baca Juga: Alqur'an Terbuat di Kulit Kayu Berusia 370 Tahun Tersimpan Baik di Majalengka, Dibuat Sekitar Tahun 1680 M

"Nah, setelah Ratu Sunyalarang meninggal dunia, Sunan Wanaperih mendirikan pesantren dan mendatangkan guru mengaji Syekh Sayyid Faqih Ibrahim yang merupakan putra Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya,"paparnya.


Pada masa-masa pemerintahan Sunan Wanaperih diwarnai dengan perkembangan Islam yang sangat pesat. Di masa kepemimpinannya, lanjut dia, seluruh rakyat di Talaga Manggung menganut agama Islam. "Sunan Wanaperih memiliki putra 6 orang yakni Dalem Cageur, Dalem Kulanata, Apun Surawijaya, Ratu Radeya, Ratu Putri dan Dalem Wangsa Goparana, keturunannya turut menyebarkan Islam hingga ke luar wilayah Majalengka,"paparnya.

Baca Juga: Dzuriyah dalam Konteks Keturunan Sunan Gunung Jati

Ratu Radeya menikah dengan Arya Saringsingan, sedangkan Ratu Putri menikah dengan putera Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan bernama Syekh Sayyid Faqqih Ibrahim. Semuanya menjadi penyebar Islam. Disamping putranya Dalem Wangsa Goparana pindah ke Sagala Herang Cianjur, dan keturunannya menjadi trah Bupati Cianjur pertama bernama Bupati Wiratanudatar I,"tutupnya.

Syekh Faqih Ibrahim semasa hidupnya mengajarkan ilmu tauhid, fikih tajwid kepada para santrinya, selain itu untuk menambah minat masyarakat terhadap ilmu ke Islaman, Beliau juga mengajarkan ilmu seni membaca Alquran (tilawah), seni gemyung dan syair syair dan pantun pantun bertemakan islam (nadzhom) salah satu nadzhom yang hingga kini masih sering dikumandangkan di tiap mushola di Majalengka sebagai berikut :

Deudeuh teuing karunya teuing

Nu kasep tara ibadah

Nabi yusuf langkung kasep

Anjeuna purah ibadah.

Deudeuh teuing karunya teuing

nu geulis teu kersa solat

Siti jubaidah langkung geulis

anjeunamah kerasa solat

Deudeug teuing karunya teuing

Nu beunghar tara ibadah

Nabi sulaiman langkung beunghar

Anjeuna purah ibadah.

Deudeuh teuing karuna teuing

Nu miskin tara ibadah

Nabi ayub langkung miskin

Anjeuna kersa ibadah.”

 

Adapun terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

 

Kasihan sungguh kasihan

Orang tampan tidak ibadah

Nabi Yusuf lebih tampan

Beliau rajin Ibadah

Kasihan sungguh kasihan

Orang cantik tidak ibadah

Siti julaikha lebih cantik

Beliau tetap ibadah

Kasihan sungguh kasihan

Orang kaya tidak ibadah

Nabi Sulaiman lebih kaya

beliau tetap Ibadah

Kasihan sungguh kasihan

Orang miskin tidak ibadah

Nabi Ayub lebih miskin

Beliau tetap ibadah. ***

 

Editor: Jejep Falahul Alam

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x