KABARCIREBON-Penyebaran agama Islam di berbagai daerah di tanah air terjadi sekitar abad ke-13. Hal itu ditandai dengan muncul beragam kerajaan yang bercorak Islam. Penyebaran sendiri dilakukan baik oleh para pedagang, mubaliq, golongan sufi hingga para wali dari generasi ke genarasi.
Ternyata di Majalengka pun terjadi pada abad ke-15. Syiar Islam dilakukan oleh Syekh Faqih Ibrahim seorang wali pendiri pesantren tertua di Majalengka. Almagfurlah sendiri di makamkan di Blok Cipager Desa Cimeong Kecamatan Banjaran Kabupaten Majalengka.
Menurut Ketua MUI Kabupaten Majalengka KH Anwar Sulaiman yang merupakan keturunan langsung Sunan Cipager. Dia menjelaskan, kehadiran Syekh Faqih Ibrahim tidak terlepas dari silsilah Kerajaan Talaga Manggung.
Baca Juga: Bandara Kertajati Majalengka Dilirik Investor India, Berencana Bangun Bandara Terbaik di Dunia.
"Syeikh Faqih sendiri seorang wali penyebar agama Islam di wilayah Majalengka pada abad 15 Masehi,"katanya.
Pada saat itu di Majalengka sendiri terdapat tiga kerajaan bercorak Hindu dan Budha. Terdiri dari Kerajaan Sindangkasih dipimpin Nyi Rambut Kasih, Kerajaan Rajagaluh dipimpin Prabu Cakraningrat dan Kerajaan Talaga Manggung dipimpin Prabu Pucuk Umum atau Raden Rangga Mantri. "Kalau Prabu Pucuk Umum sendiri merupakan cicit Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja,"katanya.
Menurut dia, putra sulung dari Prabu Pucuk Umum dari Ratu Sunyalarang yakni Sunan Wanaperih. Ia menjadi Raja di Kerajaan Talaga Manggung pada tahun 1553-1556 Masehi. Kemudian mendirikan pesantren tertua di Majalengka. Ia memindahkan ke ibu kota Kerajaan Talaga, dari Sangiang ke Wanaperih yang termasuk wilayah Desa Kagok saat ini.
"Nah, setelah Ratu Sunyalarang meninggal dunia, Sunan Wanaperih mendirikan pesantren dan mendatangkan guru mengaji Syekh Sayyid Faqih Ibrahim yang merupakan putra Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya,"paparnya.
Pada masa-masa pemerintahan Sunan Wanaperih diwarnai dengan perkembangan Islam yang sangat pesat. Di masa kepemimpinannya, lanjut dia, seluruh rakyat di Talaga Manggung menganut agama Islam. "Sunan Wanaperih memiliki putra 6 orang yakni Dalem Cageur, Dalem Kulanata, Apun Surawijaya, Ratu Radeya, Ratu Putri dan Dalem Wangsa Goparana, keturunannya turut menyebarkan Islam hingga ke luar wilayah Majalengka,"paparnya.
Baca Juga: Dzuriyah dalam Konteks Keturunan Sunan Gunung Jati
Ratu Radeya menikah dengan Arya Saringsingan, sedangkan Ratu Putri menikah dengan putera Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan bernama Syekh Sayyid Faqqih Ibrahim. Semuanya menjadi penyebar Islam. Disamping putranya Dalem Wangsa Goparana pindah ke Sagala Herang Cianjur, dan keturunannya menjadi trah Bupati Cianjur pertama bernama Bupati Wiratanudatar I,"tutupnya.
Syekh Faqih Ibrahim semasa hidupnya mengajarkan ilmu tauhid, fikih tajwid kepada para santrinya, selain itu untuk menambah minat masyarakat terhadap ilmu ke Islaman, Beliau juga mengajarkan ilmu seni membaca Alquran (tilawah), seni gemyung dan syair syair dan pantun pantun bertemakan islam (nadzhom) salah satu nadzhom yang hingga kini masih sering dikumandangkan di tiap mushola di Majalengka sebagai berikut :
Deudeuh teuing karunya teuing
Nu kasep tara ibadah
Nabi yusuf langkung kasep
Anjeuna purah ibadah.
Deudeuh teuing karunya teuing
nu geulis teu kersa solat
Siti jubaidah langkung geulis
anjeunamah kerasa solat
Deudeug teuing karunya teuing
Nu beunghar tara ibadah
Nabi sulaiman langkung beunghar
Anjeuna purah ibadah.
Deudeuh teuing karuna teuing
Nu miskin tara ibadah
Nabi ayub langkung miskin
Anjeuna kersa ibadah.”
Adapun terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Kasihan sungguh kasihan
Orang tampan tidak ibadah
Nabi Yusuf lebih tampan
Beliau rajin Ibadah
Kasihan sungguh kasihan
Orang cantik tidak ibadah
Siti julaikha lebih cantik
Beliau tetap ibadah
Kasihan sungguh kasihan
Orang kaya tidak ibadah
Nabi Sulaiman lebih kaya
beliau tetap Ibadah
Kasihan sungguh kasihan
Orang miskin tidak ibadah
Nabi Ayub lebih miskin
Beliau tetap ibadah. ***