Cocoknya Apa untuk Branding Kabupaten Kuningan, Ini Kata Anggota DPR RI

27 Februari 2023, 07:30 WIB
Anggota DPR RI, H. Yanuar Prihatin ketika berbincang-bincang dengan wartawan di RM Rageman Resto. /Iyan Irwandi/KC/

KABARCIREBON - Hingga saat ini, masyarakat umum baik warga pribumi atau pun luar daerah masih belum mengetahui secara pasti branding Kabupaten Kuningan. Karena yang namanya branding harus mendatangkan surplus ekonomi.

Di samping itu, branding pun merupakan icon kekuatan energi yang membuat orang-orang menyebut nama daerah bersangkutan.

Misal, warga menyebut  Jakarta, pasti mengatakan tugu monasnya. Begitu pula dengan Paris, sudah pasti terkenal dengan Menara Eifell-nya.

Baca Juga: Pansus DPRD Diprediksi akan Kalah Cepat dengan Pelunasan Gagal Bayar, Formatku: Tidak Jelas Obyek dan Subtansi

“Kuningan cocoknya jadi kota apa,” kata Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Yanuar Prihatin ketika berbincang-bincang dengan wartawan di Rumah Makan Rageman Resto, Minggu 26 Februari 2023.

Menurutnya, ada 5 branding yang dapat dijadikan bahan pertimbangan tetapi hal itu harus Adisesuaikan dengan kondisi Kabupaten Kuningan. Apakah cocok dan memungkinkan atau sebaliknya.

(1). Kota Industri. Untuk penetapan kota ini harus dilihat dari kondisi geografisnya dan kemungkinan besar, orang akan berfikir lagi untuk berinvestasi di bidang industri.

Baca Juga: Meski Gagal Bayar Dilunasi tetapi Pelaksanaan Pansus akan Tetap Berlanjut

Karena Kabupaten Majalengka saja telah dilengkapi dengan jalur transportasi Bandara Internasional Kertajati dan jalur jalan tol. Kedua hal tersebut akan memberikan daya tarik lebih untuk berinvestasi.

Maka dari itu, pertimbangan persaingan dengan daerah tetangga tersebut, membuat Kabupaten Kuningan tidak perlu dijadikan sebagai Kota Industri.

Sehingga tidak perlu repot-repot, buang anggaran atau buang pikiran untuk merealisasikannya.

Baca Juga: Ada 3 Isu Paling Hot Terjadi di Kabupaten Kuningan

(2). Kota Jasa dan Perdagangan. Predikat ini sudah diambil oleh Kota Cirebon yang diuntungkan dari letak geografisnya.

Tidak heran di kota tersebut pertumbuhan jasa dan perdagangannya berkembang cukup bagus sehingga menjadi pusat perekonomian.

Kalau Kabupaten Kuningan memaksakan diri untuk  menjadi Kota Jasa dan Perdagangan,  maka akan ada batas maksimalnya sehingga tidak dapat tumbuh optimal sesuai harapan.

Baca Juga: Sebanyak 19 SKPD Tunda Bayar: Ini Daftar dan Besarannya

(3). Kota Pendidikan. Pendidikan merupakan investasi yang mahal sehingga perlu melihat sekelilingnya baik kiri-kanan atau depan-belakang.

Pasalnya, mungkin atau tidak Kuningan mengalahkan pesaing-pesaing yang sudah puluhan tahun berinvestasi di dunia pendidikan. Seperti Jakarta, Yogyakarta dan daerah lainnya. Karena dari sudut pertarungan persaingannya pun sudah kalah.

Sedangkan terkait deklarasi sebagai Kabupaten Pendidikan, dirinya sendiri tidak tahu. Karena yang dia bicarakan adalah branding yang menjadi icon suatu daerah agar ke depannya menjadi etalase.

Baca Juga: Kabar Gembira, Hari Ini Dana Sertifikasi Guru Cair Dua Bulan Sebesar Rp38.986.789.700

(4). Kota Pusat Kerajinan. Basis untuk menjadi kota seperti ini adalah penguatan ekonomi masyarakat kecil atau usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Contoh, Bali dengan sendirinya mendapatkan branding tersebut karena banyak pematung, pengukir, seni dan sebagainya.

Untuk Kuningan sendiri harus dicek terlebih dulu kedalamannya, kultur budaya dan lain-lain. Karena branding ini justru  lebih kuat pada Kabupaten Ciamis dan Kabupaten/Kota Tasikmalaya.

(5). Kota Pariwisata. Dalam penetapan branding itu harus dikaji terlebih dulu dari klusternya yang terbagi menjadi tiga.

Pertama, pariwisata berbasis alam atua memanfaatkan alam yang ada karena memiliki Gunung Ciremai.

Namun jika warga suruh memilih, apakah akan tetap ke tertinggi di Jawa Barat tersebut atau ke Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Bromo?.

Kemungkinan besar, akan memilih wisata di dua gunung tersebut sehingga sudah jelas, persaingannya sangat berat. Namun pariwisata berbasis alam ini dapat dijadikan supporting.

Kedua, pariwisata berbasis religi atau spiritual. Artinya sebuah wisata religi yang memungkinkan orang untuk berbondong-bondong datang.

Namun kemungkinan besar, orang akan memilih wisata religi ke Sunan Gunung Jati di daerah Cirebon dibandingkan ke tempat-tempat yang ada di Kuningan.

Ketiga, pariwsata berbasis seni kreatif. Pariwisata ini sangat bergantung pada manusianya karena berkaitan dengan ide yang original, inovasi dan terobosan. Namun mesti ada dasar agar mudah naik tapi harus mengacu pada 5 syarat.

Yakni, memiliki akar sejarah supaya tidak kehilangan aspek historisnya, mudah diduplikasi, memasyarakat, investasi yang murah. Dan pasar internasional yang sudah terbentuk karena sangat berat untuk menciptakan pasar tersendiri.

“Setelah mencari-cari dan juga sempat berdiskusi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) H. Dian Rachmat Yanuar, ternyata di Kuningan ada yang memenuhi 5 syarat seni kreatif. Yakni kesenian angklung,” tuturnya. (Iyan Irwandi/KC) ***

Editor: Iyan Irwandi

Tags

Terkini

Terpopuler